Selasa, 23 Desember 2008

PESAN-PESAN SETAN DIBALIK LAGU-LAGU POPULER

TAHUKAH ANDA ? Ketika saya membaca buku “Secret Society and Its Political Power in 20th Century” Bab 47, disebutkan bahwa kekuatan kegelapan berupaya mengendalikan pikiran dan informasi salah satunya lewat musik. Industri musik yang maju pesat dan banyak disukai oleh masyarakat dunia,menjadi salah satu program andalan, selain mendapatkan uang dari penjualan lagu-lagu.


Selama beberapa decade, para pendengar lagu secara tidak sadar dipengaruhi oleh “backward masking” rekaman frekuensi tinggi dan ritual sihir. Jika lagu dimainkan secara normal, pesan-pesan tersebut tidak akan terdengar. Tetapi jika dimainkan secara terbalik (backward), muncul pesan-pesan aneh dalam beberapa lagu yang ngetop di dunia. Perhatikan baris di bawah ini :

The best example though is the music and recording industry. For decades the listeners
have been influenced by “backward masking”, high frequency recording and magic rituals.
In high frequency recording the message is added at frequencies that the ear can no longer
hear but that are still subliminally understood by the subconscious.

In backward masking the messages are recorded backwards and can again be integrated
by the subconscious. If the tapes are played backwards, the messages become audible.

Some examples:
KISS (Kings in Satan’s Service)
Song: God of Thunder
Message: The devil himself is your god!

Madonna
Song: Like a Virgin
Message: I walk in sin!

Queen
Song: Crazy Little Thing Called Love
Message: To hell with the bible! All I want is magic!

Police
Song: Every Little Thing She Does Is Magic!
Message: The evil have power!

Rolling Stones
Song: Tops
Message: I love you, says the devil.

Prince
Song: Purple Rain
Message: Heaven is about to split open!

Cindy Lauper
Song: She Bop
Message: You are helpless against evil, against the backward playing, Ha ha ha.

The Beatles
Song: Revolution No. 9
Message: Start smoking marihuana, and : Turn me on dead man. (dead man = Jesus).

Although not strictly belonging to the subject matter, it is interesting to note what in 1962

John Lennon said to Tony Sheridan at the Hamburg Star Club:
I know that the Beatles will have success as no other band. I know it because for that
success I have sold my soul to Satan!”


Mitos Appollo 11

Menuak Dusta Pendaratan Manusia Pertama di Bulan

Selama puluhan tahun rakyat di dunia meyakini peristiwa ini, dari generasi ke generasi. Bahkan di sekolah-sekolah di Indonesia, dalam pelajaran sains selalu ada pembahasan bahwa Neil Amstrong-lah manusia pertama yang menjejakkan kakinya di bulan.


1. Dimanakah bintang-bintang yang biasa terlihat dalam photo luar angkasa ? Bukankah seharusnya photo disamping ini memiliki latar belakang ribuan bintang, mengapa ?






2. Di luar angkasa, satu-satunya sumber cahaya hanyalah matahari. Jika benar disebabkan matahari, mengapa bayangan pada obyek-obyek disamping tidak parallel ?

Perhatikan garis kuning yang menunjukkan bayangan kapsul ruang angkasa tidak sama arah jatuhnya dengan bayangan dari dua buah batu. Ini berarti terdapat lebih dari satu sumber cahaya.




4. Pada potongan film NASA ini, terlihat bahwa bendera nasional Amerika berkibar dengan kencang di bulan. Mungkinkah di ruang hampa, bendera dapat berkibar tanpa angin dan udara ?









5. Disekitar permukaan bumi terdapat sabuk radiasi yang berbahaya (Van Allen belt), setiap pesawat ruang angkasa harus memiliki casing perlindungan dari radiasi yang membahayakan nyawa astronotnya. Apollo 11 tidak dilengkapi peralatan tersebut, secara teknis seharusnya para astronot sudah tewas dalam perjalanan ke bulan. Mengapa mereka masih bisa hidup ?





6. Disamping adalah photo Buzz Aldrin yang (katanya) diambil oleh Amstrong. Dari photo tersebut, tampak posisi kamera setidaknya sedikit lebih tinggi dari dada, atau sejajar dengan wajah pemotret untuk mengambil gambar dengan ukuran tersebut.

Tetapi, setiap astronot memiliki kamera yang menempel permanent di seragam luar angkasanya, tepatna pada bagian dada. Agak sulit memperkirakan bagaimana Amstrong mengambil gambar rekannya dari jarak cukup dekat dengan kamera dada harus diangkat angle viewnya.



7. Berikut adalah moncong pembuang dari roket NASA yang mendarat di bulan. Terlihat tanah di bawahnya tidak meninggalkan bekas apa pun sbeagai akibat dari pancaran gas roket.







8. Salah satu keanehan lainnya adalah terdapat beberapa garis rambut bersilangan yang mengindikasikan bahwa photo-photo maupun film Apollo 11 hasil penggabungan satu gambar dengan gambar lain.



Sumber :
www.moonhoax.com
www.nasawatch.com
http://moonhoax.us/

www.moonmovie.com


PERANG MASYARAKAT NGESEKS

Dr. Sindhunata

Juni 2002, Presiden Amerika George W. Bush berpidato di depan para kadet Akademi Militer di Westpoint. Katanya, "Amerika tak bertujuan untuk membangun suatu imperium atau mewujudkan suatu utopia." Tak hanya pada kesempatan itu, tapi pada kesempatan lain pun Bush menekankan berulang-ulang, dunia tak usah khawatir akan adanya imperialisme Amerika. Menyimak sejarah Amerika, dunia boleh khawatir, bahwa omongan Bush itu tak bisa dipegang. Ambil saja contoh perang Amerika lawan Spanyol tahun 1898.

Pada waktu itu terjadi pemberontakan bangsa Kuba terhadap kekuasaan kolonial Spanyol. Amerika melihat, kerusuhan di kepulauan penghasil gula itu bisa membahayakan investasinya. Amerika makin merasa harus menginvasi Kuba, karena di sana terjadi kekejaman dan pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh penguasa kolonial Spanyol. Keinginan itu makin dipicu dengan peristiwa ini: Februari 1898 kapal perang U.S.S. Maine meledak di pelabuhan Havana, mengakibatkan kematian 226 prajurit Amerika. Tuduhan segera meluas: ledakan itu adalah aksi teror dari pihak Spanyol. Baru pada tahun 1967 terbongkar, bahwa tuduhan itu keliru. Yang benar, kapal perang itu meledak hanya karena kecelakaan.

The splendid little war, perang kecil dan indah, demikian Menteri Luar Negeri John Hay menamai perang itu. Ternyata perang berlangsung tiga bulan, diakhiri dengan kekalahan total di pihak Spanyol. Karena kekalahan itu Spanyol akhirnya juga kehilangan kekuasaannya di wilayah Karibik, bahkan juga di daerah Asia Tenggara. Kongres Amerika menekankan, Amerika tak sedikit pun berambisi untuk mencaplok wilayah yang ditaklukkan. Toh, pemerintahan Mc Kinley tak bisa menahan godaan. Akhirnya Amerika mengklaim kedaulatan atas Puerto Rico, Guam dan Filipina. Dalam waktu dekat di Filipina, pecahlah perlawanan rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dan Amerika pun harus menghadapi perang gerilya yang berlangsung lama dan brutal.

Bayangkan, perang yang begitu brutal semula hanyalah dinamai sebagai the splendid little war. Dari mana datangnya ide, bahwa perang yang begitu kejam dan makan banyak korban, hanya dianggap seakan permainan yang indah dan menyenangkan? Hal ini kiranya tidak cukup diterangkan hanya dari alasan politik, bisnis atau militer. Adakah faktor kebudayaan yang mempengaruhi ide pendangkalan perang yang kejam menjadi bagaikan perang-perangan yang menyenangkan? Mungkin faktor itu ada, sekurang-kurangnya jika orang mengamati hal tersebut dalam dunia perfilman Amerika.

Mengamati pemutaran film-film Holywood dalam festival Berlin belum lama ini, Katja Nicodemus, kritikus film Jerman, membuat komentar demikian: Film-film Holywood membawa ke layar pribadi-pribadi yang merasa dirinya tidak safe, dan tak yakin untuk tampil sebagai person yang integral. Pribadi-pribadi itu diliputi dengan keraguan dan kekhawatiran diri. Dalam film-film itu kita juga melihat suasana gembira dan jenaka, yang diciptakan oleh dunia show-business, namun di lain pihak juga suasana ketakutan, jangan-jangan orang tenggelam karena ilusinya.

Di sana juga tampak suasana bebas tanpa ketakutan dan keraguan apa pun, seperti diciptakan oleh dunia entertainment, namun di lain pihak juga teraba suasana di mana orang merasa bersalah, skrupel karena membohongi diri.

Film-film Holywood sesungguhnya adalah cerita tentang materialisasi kerinduan-kerinduan orang Amerika di satu pihak, tapi juga cerita tentang kerinduan mereka setelah meneka merasa tertipu oleh kerinduan-kerinduan tadi. Seperti tampak di dalam film, orang-orang Amerika itu merindukan situasi tanpa dosa sebelum manusia berdosa di Taman Firdaus, namun pada saat yang sama juga menganggap itu semua sebagai impian sia-sia belaka. Film Amerika sesungguhnya adalah melankoli dari emosi. Di saat film seakan menjadi medan perang, di mana cinta, kebencian, action dan kekerasan, pendeknya apa yang berkait dengan emosi, tumplek blek menjadi satu.

Materialisasi dari emosi tersebut dapat dilihat dengan amat konkret, misalnya dalam gaya dan action dari serdadu-serdadu Amerika yang tergabung dalam Special Operation Group di bawah CIA. Mereka ini beraksi dengan gaya rambo. Postur tubuh, keberanian, petulangan, taktik dan action-nya yang dingin seakan jiplakan dari permainan aktor berotot, Sylvester Stallone. Tahun delapan puluhan Stallone sendiri memang pernah membintangi Special Ops, yang melayarkan kehebatan pajuang rambo.

Perlu dicatat, termasuk ke dalam emosi itu adalah seks. Dalam menyhadapi seks pun, orang-orang Amerika belum bisa bebas dari kemenduaannya. Di satu pihak, mereka dikenal sangat liberal. Di sini tak ada yang menyangkal, bahwa masyarakat Amerika dikenal sebagai masyarakat yang ngeseks dan Amerika adalah tanah air bagi kebebasan seks. Namun di lain pihak, mereka juga sangat puritan dan konservatif, lihat saja misalnya dalam affair Clinton-Lewinsky.

Sudah bukan teori lagi, bahwa seks itu dekat dengan kekerasan. Bagi masyarakat yang selalu mendua dalam bersikap terhadap seks, seks bisa tertindas sebagai sekam agresi, yang sewaktu-waktu bisa membara menjadi kekerasan, perkosaan, bahkan perang.

Menarik dalam hal ini penemuan kontroversial dua ilmuwan biologi Amerika, Randy Thornhill dan Craig Palmer. Buku mereka A natural history of rape, menceritakan tentang persetubuhan di dunia serangga terbang. Serangga betina yang birahi ternyata menyerah begitu saja untuk dikawini, bila ia berhadapan dengan serangga jantan yang "mampu", yang bisa menghadiahinya dengan banyak makanan, seperti daging uir-uir atau cairan tudahnya. Sementara terhadap serangga jantan yang kurang "mampu", si betina itu tidak mau menyerah begitu saja. Terpaksa serangga jantan yang "miskin" ini memaksa (atau dalam bahasa seksual: "memperkosa") serangga betina, sampai ia mau dikawini. Thronhill dan Palmer menerapkan hal ini pada manusia. Dan di sanalah teorinya menjadi kontroversi hebat.

Di atas sudah diperlihatkan, bahwa pribadi orang Amerika itu dekat dengan kebingungan, kemenduaan, perasaan bersalah dan keminderan. Pribadi itu ibarat serangga jantan yang "miskin" dan minder. Jika benar, agresi, perkosaan dan kekerasan bahkan perang itu adalah akibat dari "keminderan", maka jangan-jangan agresi ke Irak ini adalah bukti, bahwa Amerika sebenarnya tak sanggup menjadi bangsa yang adi daya. Di balik kedigdayaannya tersembunyi ketidakmampuannya untuk mengatasi keraguan, kebingungan dan kegelisahannya sendiri. Agresi ke Irak adalah tanda bahwa mereka itu bangsa yang sakit secara psikologis.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Basis

Selasa, 09 Desember 2008

“KURBANKAN ISMAILMU !”

Oleh Ahmad Sofyan

Tidak terasa ternyata kita kembali menemui salah satu momentum besar dalam tradisi relijius Islam, bernilai besar tidak saja secara ritual yang melibatkan banyak pelaku dalam saat yang sama, tetapi juga besar secara sosio-historis, dan yang lebih penting, secara ruhiyah.

Tradisi yang kemudian kita kenal sebagai Hari Raya Qurban (Idul Adha), secara kolektif mampu mendorong setiap muslim untuk berlomba beramal dengan mengkurbankan hewan hasil dari shodaqoh, baik berupa sapi maupun kambing. Tidak ketinggalan kaum papa pun berlomba mendapatkan karunia – rezki lebih, dari setiap kerat daging yang menjadi hak mereka.

Fenomena diatas menunjukkan, tradisi Qurban tidak hanya secara elitis dimiliki oleh kaum aghnia (kaya), tetapi sangat terbuka ruang, yang memang diperuntukkan bagi kaum papa untuk terlibat. Nyatalah, secara esensial target utama dari Qurban adalah lapisan sosial ekonomi lemah.

Maka terdapat beberapa makna atau nilai yang dapat diambil dari fenomena ini, yaitu pertama, ibadah Qurban merupakan manifestasi ruhiyah untuk senantiasa menyerahkan segala kepemilikan bendawi khususnya, hanya kepada Allah yang diwujudkan dengan mengkurbankan hewan. Setiap hamba dituntut untuk mengambil posisi vis a vis dengan ikatan bendawi, meski hal itu merupakan bagian dari nikmat yang lumrah dimanfaatkan. Kedua, qurban merupakan sebuah simulasi lapangan dalam mengejawantahkan keseimbangan kosmologis, yang tiada ketimpangan, stratifikasi dan ketidakadilan struktural sehingga memarjinalkan kalangan the have not (tak berpunya).

Pesan ruhiyah dan sosiologis terintegrasi dalam ibadah Qurban, bahwa sesuatu yang ritualistik pada saat yang sama sangat empiris, personal sekaligus sosial, abstrak juga kontekstual. Permasalahannya sekarang, sekian lama momentum Qurban kita jalani, apakah kedua esensi tersebut teraktualisasi ?

Penalaran Essensi Qurban.

Qurban secara bahasa berasal dari kata qaraba yang berarti dekat atau mendekat. Setiap pelaku qurban bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai The Real Existence (Wajibul Wujud) dengan menyembelih seekor hewan sebagai simbol kepasrahan dan pelepasan dari ikatan bendawi. Mengapa kita harus mendekat kepada Allah dan menanggalkan segala keterikatan bendawi yang secara kasat mata sangat indah itu ?

Berawal dari nilai dasar Islam, yaitu Tauhid (Laa Ilaah Illallaah), bahwa peta kosmologis secara materi dan immateri memiliki sentrum tunggal. Sentrum ini berupa aksis (poros) yang mana semua materi dan immateri berasal dari poros tersebut, dan terikat secara mutlak padanya. Sentrum ini merupakan awal dan akhir dari segala kejadian. Maka kesejatian, kemutlakan, keajegan, kedaulatan ada pada poros ini, karena Ia tidak terikat oleh dimensi dan konvensi-konvensi yang kita kenal (ruang dan waktu) sehingga sifat universalitas, kemenyeluruhan dan keutuhan adalah watak sejati-Nya. Diluar itu, merupakan lawan dari semua sifat yang dimiliki kutub tersebut, yaitu kefanaan, keabsurd-an,relativitas dan ketidakberdayaan. Karena kelemahan-kelemahan ini, ia menjadi sangat bergantung kepada yang Mutlak, Ajeg dan Sejati sebagai satu-satunya mata air kekuatan dan kemulyaannya.

Konsekuensinya, tumbuhlah rasa taslim (kepasrahan total), al-hubb (mencinta), dan tergantung total hanya kepada Dzat yang Mutlak tersebut, karena ketika wujud yang faqir itu sedikit saja melepaskan keterikatannya pada yang Mutlak ia akan menderita disharmonisasi dan disintegrasi secara massif.

Dalam konteks Ibrahim a.s, beliau pernah mencoba untuk menanggalkan kebergantungannya kepada yang Maha Mutlak, dengan memilih keterikatan bendawi dengan menetapkan matahari, dan bulan sebagai pusat orientasinya. Dan akhirnya beliau pun menyadari bahwa satu-satunya pusat orientasi (kiblat) dan penyerahan diri hanyalah yang Maha Mutlak tersebut.

Aku orientasikan segenap aspek jasadi dan ruhaniku, hanya pada yang menjadikan Langit dan Bumi, dan Aku termasuk golongan yang menyerahkan diri “.

Ketika keyakinan telah terbentuk, akan maujud sebuah pandangan dunia yang menjadi karakter, sikap dan perilaku Ibrahim, dengan kata lain ia tidak hanya berhenti pada peta kognitif, tetapi juga sekaligus membuka jalan bagi dilakukannya aksi dalam mengaktualkan idealitas tersebut. Di titik ini, Ibrahim berhasil membentuk Pandangan Dunia sebagai madhab pemikiran (ideologi) dan metode aksi (falsafah pergerakan).

Fase pertama yang dilalui adalah pemurnian dan pembentukan idelogi sebagai basis keyakinan yang menjadi alat ukur dan titik awal pergerakan-pergerakan selanjutnya. Basis ideologis ini membutuhkan pembajaan yang tiada henti, agar senantiasa terpelihara Kiblat (pusat orientasi) sebersih-bersihnya.

Apa yang kemudian dialami oleh Ibrahim, mulai dari dialektikanya dengan matahari dan bulan, diusirnya Ibrahim oleh Azar ayahandanya, perobohan patung-patung, pembakaran, hijrah ke Mekkah dan penyembelihan Isma’il merupakan sebuah proses panjang dalam peningkatan kualitas ideologi yang bersemayam di akal dan hatinya. Khusus berkenaan dengan peristiwa terakhir (penyembelihan Isma’il), merupakan peristiwa yang sangat dramatis dan fenomenal sehingga diabadikan sebagai momentum ibadah Qurban.

Pembajaan dan pembersihan ideologi dimaksudkan agar tidak ada tandingan-tandingan (andaad) dalam kepasrahan, ketaatan dan kecintaan Ibrahim yang dapat mempengaruhi kelurusan aksi-aksi yang dilakukan dalam pembumian ideologi Tauhid tersebut. Penyembelihan Ismail pun sebagai salah satu wujud training Ilahiyah dalam mensucikan Ibrahim dari semua anasir-anasir yang dapat menandingi Allah sebagai kiblatnya.

Ismail dapat menjadi tandingan dalam ketundukan, kecintaan dan ketaatan karenanya ia perlu dikurbankan,agar ideologi dan metode aksi Ibrahim dapat selamat sehingga layak untuk menjadi prototipe pelanjut-pelanjutnya dikemudian hari.

Koreksi intern sebagai awal bagi hadirnya pergerakan risalah, menjadi mutlak dan tidak bisa diabaikan. Setiap hal, baik itu sesuatu maupun seseorang yang berpotensial menjadi ‘ismail’ (baca : penghalang) antara kita dan Allah, wajib didekonstruksi. Apa pun, apakah itu benda, personal, bahkan sistem/struktur pun harus kita ‘qurbankan’.

Sebagai contoh, seorang pejabat harus mendekontruksi kekuasaannya, ketika kekuasaannya menjadi penyebab dirinya berlaku dzalim, seorang pengusaha mengkurbankan usahanya, seorang suami mengkurbankan istri, ulama mengkurbankan madhabnya dan argumennya, ibu mengkurbankan anaknya, begitu seterusnya.

Pembentukan pandangan dunia (vision de monde) ini berimplikasi pada pembentukan keyakinan moral dan ideal tentang tata sosial yang harus terbentuk. Pranata sosial dipandang sebagai bagian dari wujud pengorientasian secara kolektif terhadap Kiblat yang mutlak, yaitu Allah. Hadirnya pranata sosial yang berorientasi secara lurus, memudahkan dan mengkatalis pengorientasian diri kepada Wajibul Wujud, sehingga ia pun turut menjadi instrumen vital. Kehendak luhur ini dapat dilihat dari dibagi-bagikannya daging qurban kepada mereka yang berhak, sebagai artikulasi abstraksi pandangan dunia Tauhid kehamparan realitas sosial secara konkret.

Bahkan lebih jauh lagi, ibadah qurban pun bermakna sebagai protes sosial terhadap sistem, struktur dan hirarki sosial yang timpang sehingga menjadi ‘ismail’ secara kolektif. Jadi ibadah Qurban tidak saja akan berimplikasi pada wilayah personal, tapi menyebar dan melebarkan sayapnya pada sistem dan struktur yang mapan. Laksana sebuah virus yang akan menggerogoti fondasi sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang korup, ia baru akan berhenti ketika Allah benar-benar menjadi pusat orientasi sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dari sudut pandang ini, sangat wajar jika bagi pendukung kemapanan, momentum ibadah Qurban laksana terowongan bawah tanah, tempat bersarangnya para pemberontak yang akan menggangsir pusat kekuasaan dari bawah. Ibadah Qurban dipandang membahayakan karena dapat menumbuhkan semangat perlawanan, solidaritas, dan sentimen anti status quo. Terbukti, sekitar abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda melarang praktek Qurban dan ibadah Haji di Nusantara dengan regulasi yang tersurat dalam doktrin “Islam Politieke”.

Dan sekarang ini, ketika rata-rata dari kita ramai-ramai merayakan Qurban dengan sekerat daging – praktik yang seringkali sangat mekanistik, semoga saja kita tidak lupa bahwa kita pun dituntut untuk mengkurbankan ego, istri, suami, kekuasaan politk, kekayaan, status sosial, organisasi, fanatisme golongan/madhab, bahkan bila perlu Presiden pun dapat kita qurbankan.

Prinsip pembebasan (pribadi dan kolektif), keadilan, dan persamaan derajat, merupakan deretan nilai-nilai etis-moral yang mendasari hadirnya Qurban ke hadapan kita.

Dalam perspektif Qurban, teranglah bahwa Islam, hadir tidak dengan semangat mengabsahkan realitas, tetapi untuk merubahnya. Qurban hari ini akan menentukan realitas dan peta masyarakat selanjutnya dalam ranah spiritual, ideologis, politik, sosial, budaya dan ekonomi. Produk dari berqurban-nya Ibrahim adalah negeri Mekkah, organisasi aplikatif yang dilegitimasi sebagai Baladal Amin. Maka apakah out put dari qurban kita ?. Berkurban yu …..!.


Wallahu A’lam

Menguak Misteri 11 September

Ketika gedung kembar WTC di Amerika menjadi sasaran pesawat, serentak media-media Barat memberitakan hal itu dengan membandingkan kejadian Pearl Harbour. Serangan Jepang terhadap pangkalan militer Amerika di sana adalah alasan bagi Amerika untuk terjun langsung ikut dalam perang dunia ke dua. Dengan analisa yang tidak jauh berbeda, oleh media Barat, penyerangan kedua gedung itu adalah dimulainya peperangan Amerika melawan teroris. Di saat orang masih berpikir tentang bagaimana hal itu terjadi dan kesedihan anggota keluarga korban, media telah melangkah lebih jauh mereka-reka kapan Amerika akan memulai peperangan dengan teroris. Sebuah usaha yang perlu dipertanyakan tentang kelurusan niatnya. Apakah pemberitaan ini tidak dipersiapkan sejak sebelumnya?

Sayangnya untuk klaim yang sebesar itu pemerintah Amerika sendiri sampai saat ini belum membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kejadian 11 September sampai tuntas. Bandingkan dana yang dikeluarkan untuk menyelidiki kejadian itu yang hanya menghabiskan biaya 600.000 dolar sementara dana yang dikeluarkan untuk melakukan investigasi terhadap skandal Clinton sekitar 40.000.000 dolar. Sebuah dana yang sangat tidak sebanding untuk klaim besar bahwa kejadian 11 September adalah tiket masuk Amerika untuk melakukan penyerbuan mencari kaum muslimin di seluruh dunia dengan alasan teroris.

Ayah Bush sendiri ketika Irak menginvasi Kuwait untuk melakukan penyerangan ke Irak tidak mendapatkan suara mutlak melainkan hanya setengahnya saja sementara setengah lainnya menolak. Skenario pun disusun. Seorang suster diminta untuk mengutarakan apa yang terjadi di Kuwait. Dengan menangis tersedu-sedu seakan-akan mengingat apa yang terjadi, suster berumur 15 tahun ini menceritakan bagaimana kekejaman Saddam membom rumah sakit dan menjarah inkubator bersama anak-anak bayi. Masyarakat Amerika dengan air mata seorang suster berumur 15 tahun memberikan izin kepada pemerintahnya untuk menginvasi Irak. Ternyata diketahui bahwa suster wanita berumur 15 tahun itu adalah anak duta besar Kuwait untuk Amerika yang pada kejadian invasi Irak ke Kuwait tidak berada di sana.

Pangkalan udara Andrews

Pangkalan udara Andrews adalah sebuah pangkalan yang berjarak sekitar 20 kilo meter dari Washington yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga bila ada hal-hal mencurigakan di atas udara ibu kota. Dengan melihat peta penerbangan pesawat-pesawat ‘teroris’, salah satunya yang menghantam Pentagon, take off nya dari Washington sendiri. Dan bila ia akan menuju Pentagon untuk melakukan tugasnya itu berarti ia akan melewati di atas gedung putih. Bagaimana mungkin menara pengawas tidak akan secepatnya memberitahukan ada yang tidak beres dengan pesawat boeing 757 yang diklaim menabrakkan dirinya ke Pentagon. Bahkan sampai dua jam setelah peristiwa itu tidak ada pesawat-pesawat tempur dari pangkalan udara Andrews yang mengudara untuk mengantisipasi kemungkinan penyerangan lain. Pangkalan udara yang khusus untuk menanggulangi kondisi darurat di sekitar Washington telah menyiapkan dua skuadron tempur dan penyergap yang siap setiap saat dan diperkuat dengan senjata lengkap.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kekuatan angkatan udara Amerika terlihat tidak melakukan reaksi mengatasi kondisi ini?

Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini.

Pertama, kelemahan sistem. Oleh para peneliti disebutkan kemungkinannya adalah satu per empat puluh juta. Michael C. Rupport salah seorang detektif yang paling pertama melakukan penyelidikan atas masalah ini dan ia mendapatkan data dari angkatan udara Amerika bahwa saat itu terjadi manuver bersama dengan Kanada yang skalanya termasuk besar. Di samping itu ada juga manuver-manuver lain di Barat dan Utara Alaska dan Timur Laut Amerika. Namun tetap saja manuver-manuver belum memberikan jawaban memuaskan bagaimana bisa pesawat yang menghantam Pentagon dengan leluasa terbang di atas gedung putih.

Kedua, unsur kesengajaan. Dan ini oleh mereka yang melakukan penyelidikan serius mengenai kejadian tersebut memberikan kepastian. Hanya unsur kesengajaan sajalah yang mampu menafsirkan fenomena ini.

Bangunan nomor tujuh

Pada peristiwa 11 September ada sebuah bangunan yang juga ikut hancur yang disebut dengan bangunan nomor tujuh. Sebuah bangunan bertingkat 47 dan tiang-tiang pancangnya terbuat dari besi. Bangunan nomor tujuh juga ikut rata dengan tanah dan ketika ditanyakan, pemerintah Amerika menjawab hal itu karena kebakaran yang terjadi di gedung kembar merambat ke gedung nomor tujuh. Tentunya, jawaban ini menimbulkan tanda tanya besar di kepala para arsitektur yang belum pernah melihat ada sebuah bangunan yang hancur luluh lantak hanya dikarenakan sebuah kebakaran. Seandainya terbakar setidak-tidaknya tiang pancangnya masih tetap berdiri.

Dengan melihat bukti foto-foto yang diambil pada peristiwa 11 September, dapat dilihat dengan jelas bahwa api terlihat di gedung nomor tujuh semenjak jam 8.30 pagi. Namun api yang terlihat hanya terjadi pada sebagian gedung dan itu pun kecil. Sampai pada jam 3 siang api belum juga dimatikan. Pertanyaan yang timbul dengan api yang tidak terlalu besar itu bagaimana bisa sistem pemadam kebakaran gedung tersebut tidak bekerja secara otomatis untuk memadamkan kebakaran. Bahkan ketika gedung secara keseluruhan runtuh sekitar jam 5.25 sore tidak ada tanda-tanda usaha untuk memadamkan api.

Para peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa kebakaran seperti itu tidak akan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang tiang pancangnya terbuat dari besi. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh ledakan bom yang diatur dengan sangat rapi berminggu-minggu sebelumnya. Hanya dengan demikian bangunan sebesar itu dapat rata dengan tanah.

Misteri pesawat penabrak WTC

Gedung kembar WTC hancur rata dengan tanah. Penyebabnya diakibatkan oleh tubrukan dua buah pesawat. Yang satu menabrak menara bagian Utara dan yang satunya menghancurkan bagian selatan. Masyarakat dunia hanya memahami bahwa tubrukan itulah penyebab hancurnya gedung kembar tersebut. Padahal bila diperhatikan dengan seksama akan terlihat ada keganjilan-keganjilan pada kedua pesawat tersebut.

Keadaan yang sama dengan kedua pesawat tersebut adalah sebelum menabrak gedung ada bunyi ledakan dari masing-masing pesawat. Klaim ini dapat dibuktikan dengan merunut secara teliti dan perlahan-lahan rekaman yang ada tentang peristiwa tersebut. Dan yang kedua dengan wawancara para wartawan dan siaran televisi yang menyebutkan bahwa sebelum terjadi tabrakan orang-orang dikejutkan dengan suara ledakan. Baik pembawa acara televisi maupun orang-orang yang diwawancarai sama mengucapkan kata ‘explosion’. Itu sebelum pemerintah dan media Amerika memberitakan riwayat resmi kejadian 11 September. Riwayat ini tidak pernah memasukkan kata explosion dalam beritanya.

Sebuah site dengan alamat http://www.letsroll911.org/ melakukan penyelidikan ulang saat sebelum pesawat mengenai gedung WTC. Gambar-gambar yang didapat lebih banyak merekam kejadian tabrakan kedua yang mengenai bagian selatan gedung WTC. Dalam gambar tersebut ada sesuatu yang aneh pada badan pesawat. Hal itu dikarenakan bagian bawah badan pesawat seperti ada tambahan tangki penyimpanan. Hal itu tidak seperti pesawat boeing lainnya yang perutnya datar tanpa ada tambahan. Tidak dapat dideteksi secara pasti apa itu namun jelas itu adalah tambahan pada badan pesawat yang tidak lazim pada pesawat boeing.

Lebih aneh lagi adalah ketika pesawat akan menyentuh dan menabrak bangunan selatan dari gedung kembar WTC terlihat semburat cahaya dari perut pesawat yang bila diperhatikan lebih seksama cahaya itu datang dari tambahan pada badan bagian bawah pesawat yang tidak lazim itu.

Warga Amerika tentu tidak akan percaya bahwa gedung kembar WTC dihancurkan oleh bom. Oleh karenanya, cahaya itu ditafsirkan sebagai pantulan cahaya ke badan pesawat. Pernyataan ini dapat dibenarkan bila gambar yang didapatkan hanya dari satu arah. Karena dari empat gambar yang diambil dari arah yang berlainan semua menunjukkan satu hal, adanya cahaya sebelum moncong pesawat menyentuh gedung.

Pada menara sebelah Utara tidak didapat gambar yang sedetil pada menara di Selatan. Namun ternyata ada perusahaan film Prancis yang pada saat itu, sedang membuat film dokumenter tentang pemadam kebakaran kota New York. Namun karena jarak yang terlalu jauh tidak dapat dipastikan apakah ada tangki tambahan seperti yang ada pada pesawat yang menabrak menara Selatan atau tidak. Namun yang menarik, dengan mencoba memutar ulang kembali film tersebut ditemukan sesuatu yang aneh. Terdengar suara ledakan yang cukup keras sehingga masyarakat sangat kaget waktu itu dan itu dapat ditangkap dengan munculnya ungkapan ‘explosion’ pada hampir semua orang yang diwawancarai dan para presenter. Lebih menarik lagi, ternyata dengan melambatkan film terlihat bahwa sebelum menyentuh bangunan memang terjadi semburat cahaya dari pesawat dan terdengar ledakan. Hal itu dapat dijelaskan dengan melihat bahwa bayangan pesawat masih sempurna ketika terjadi ledakan. Bahkan moncong pesawat belum bertemu dengan bayangannya. Setelah itu baru pesawat menabrak bangunan. Lebih jelas lagi ketika diputar balik. Bagaimana pesawat setelah keluar dari bangunan kemudian terjadi ledakan.

Jeff King seorang Insinyur dan peneliti memberikan data-data baru bagaimana serpihan-serpihan yang berhamburan ke luar dari bangunan hanya dapat dilakukan dengan ledakan bom dan bukan dengan tubrukan sebuah pesawat. Ia melakukan wawancara dengan penduduk setempat mengenai kegiatan-kegiatan ganjil. Mereka berkata dua Minggu sebelum terjadinya peristiwa 11 September ada kesibukan dari orang-orang yang sepertinya mengerjakan proyek listrik di sana.

Bukti lain menurut Jeff King yang patut dianalisa lebih lanjut adalah mengapa bongkahan-bongkahan bangunan langsung dibersihkan oleh pemerintah sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut. Yang disisakan hanya sekitar 200 potongan yang ditengarai dibiarkan untuk diteliti oleh penyelidik.

Boeing 757, Pentagon dan Konspirasi

Ada satu pertanyaan penting yang sampai saat ini belum dapat dijawab oleh gedung putih. Bagaimana pesawat boeing 757 menghantam Pentagon?

David Von Kleist seorang wartawan melakukan konstruksi ulang dengan kembali melihat rekaman peristiwa yang kerusakan dialami sebagian dari bangunan Pentagon yang diklaim akibat serangan Usamah bin Laden. Hal pertama yang perlu dijelaskan adalah ukuran dari pesawat boeing 757 dan kerusakan yang diakibatkannya. Pesawat boeing 757 memiliki lebar sayap 42 meter dan panjang badan pesawat 52 meter dan tinggi 13 meter. Sementara Tinggi bangunan Pentagon yang diklaim rusak akibat tubrukan pesawat adalah 73 kaki dan lebar kerusakan yang diakibatkannya adalah 65 kaki. Pertanyaannya menjadi jelas bagaimana pesawat dengan ukuran di atas membuat kerusakan setengah dari besar dirinya. Mestinya, kerusakan yang diakibatkan lebih besar dari itu.

Kerusakan Pentagon yang diklaim oleh pesawat akan terasa menggelikan dengan melihat perbandingan di atas. Apa lagi bila ditambahkan bukti-bukti lain bahwa banyak barang-barang dalam bangunan yang tidak tersentuh oleh apapun padahal sekurang-kurangnya pesawat itu membawa sekitar 15 ribu liter bahan bakar yang mudah terbakar.

Gambar-gambar di bawah ini lebih jelas dalam menjelaskan bagaimana klaim Pentagon adalah sebuah kebohongan terhadap negerinya sendiri bahkan dunia yang pada gilirannya membuat ratusan bahkan ribuan warga tidak berdosa di Afghanistan dan Irak yang harus menanggung kebohongan ini. Sebuah kebohongan besar di awal abad 21, abad millenium.

Perhatikan dengan baik-baik bagaimana komputer yang ada masih menyala ketika diambil gambarnya (gb. 1). Meja kayu pun tidak terbakar (gb. 2) bahkan sebuah buku yang terletak di atas bangku kayu tidak menjadi debu disambar api (gb. 3).

Kebohongan-kebohongan itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak ada satu kamera pun yang menangkap bangkai pesawat. Bahkan yang lebih menarik lagi dengan kamera yang berderet-deret di setiap jengkal bangunan Pentagon tidak ada satu pun yang merekam adanya pesawat yang menabrak bangunan. Malah yang berhasil mengambil gambar hanyalah sebuah kamera yang dipasang di sebuah pompa bensin dekat gedung Pentagon. Ada berapa kali terlihat bagaikan ledakan yang memunculkan lidah-lidah api ke angkasa namun tidak terdeteksi sedikit pun gambar pesawat. Mengetahui bahwa kamera pompa bensin itu merekam kejadian tersebut, lalu oleh polisi federal kemudian kamera tersebut disita. Yang lebih menggelikan lagi ternyata tanggal perekaman tersebut tidak tertulis 11 September namun 12 September. Padahal oleh Pentagon diklaim bahwa pesawat ‘teroris’ bin Laden menghantam gedung pada pukul 9.31 pagi sementara pegawai di sana menyebut jam 9.38..

Rekayasa Pentagon terus bergulir namun kenyataan dan kebenaran tidak pernah mati. Misteri bangkai pesawat terus mengusik mereka yang kritis melihat dan menilai masalah. Penelitian terus dilanjutkan melihat sejauh mana kebenaran peristiwa 11 September.

Masih dari kejadian Pentagon, ternyata jatuhnya pesawat ke bagian dari bangunan Pentagon memang hanya isapan jempol belaka. Gambar-gambar yang diambil tentang runtuhnya atap bagian yang rusak ternyata tidak sekaligus namun perlahan-lahan. Tidak sebagaimana kejadian yang diceritakan oleh pemerintah Amerika. Sebelum atap bangunan runtuh terlihat bagaimana di depan bangunan ada gulungan-gulungan besar kabel. Sepertinya sebelumnya lagi ada perbaikan telkom di sana. Kerusakan seperti ada tumbukan hanya sebagian kecil bangunan (seperti dilingkari dalam gambar). Para petugas pemadam kebakaran sedang sibuk untuk memadamkan api dan setelah beberapa waktu kemudian atap bangunan runtuh. Runtuhnya atap juga menarik untuk diperhatikan. Karena tidak seperti runtuh diakibatkan karena ledakan pesawat atau apapun.

Yang menariknya lagi, di sana hadir mobil pemadam kebakaran bernomor 331. Pemadam kebakaran ini milik bandara udara Washington. Ketika ada rencana dari sebuah stasiun radio untuk mewawancarai komandan dan dua orang saksi yang pada waktu itu bertugas memadamkan api di gedung Pentagon, tiba-tiba saja mereka mengatakan bahwa tidak bisa melakukan wawancara selama-lamanya bahkan kemudian kedua petugas itu di cutikan untuk waktu yang tidak ditentukan. Wawancara gagal.

Ada gambar-gambar yang memberikan penjelasan lebih jelas, proyek apa yang sedang mereka lakukan. Bagaimana sebenarnya atap bangunan bisa runtuh bila memang tidak ada pesawat? Di sana ada sebuah lobang yang memang telah disiapkan untuk kemudian diledakkan. Dan dari ledakan itu kemudian dibuat sedemikian rupa bahwa ada pesawat yang menabrak bangunan tersebut. Ketika ditanyakan mana bangkai pesawatnya banyak penafsiran untuk hal itu. Persatuan Arsitektur Amerika yang merenovasi bangunan itu mengatakan bahwa, ketika pesawat tersebut masuk dan terus masuk kedalam dan menabrak bangunan, pesawat itu hancur berkeping-keping karena adanya tiang-tiang beton di sana. Sayangnya itu tidak sesuai dengan bekas di luar bangunan yang tidak sebanding dengan ukuran pesawat dan kerusakan yang diakibatkannya.

Tidak ada bangkai pesawat mungkin itu bisa menjadi pertanyaan menarik kepada siapa saja yang sempat singgah dan melihat kejadian tersebut. Namun siapa yang mau tahu tentang itu?

Foto ini mungkin bisa menghilangkan sedikit kegalauan hati kita, karena mungkin pada waktu itu ada juga orang yang mempertanyakan hal yang sama kita pikirkan:

Sumber:

  1. www.letsroll911.org.

  2. www.thepowerhour.com.


Penyembah Setan


Perhatikan gambar di atas. Sebelah kanan adalah patung George Wahington di musium nasional New York, gambar kiri adalah simbol setan kuno Baphomet yang diyakini banyak disembah oleh kaum Mason (FreeMasonry). Keduanya memiliki pose yang sama.

Sejak beberapa generasi terdahulu rakyat Amerika tidak menyadari mengapa Washington harus berpose seperti itu. Tetapi kemudian, kebenaran mulai terkuak, banyak dari rakyat Amerika kritis dan mulai mempertanyakannya.

Penyembah Setan


Perhatikan Gambar di atas, sebelah kiri adalah patung Bapak Amerika - George Washington yang tersimpan di museum New York, sebelah kanan adalah simbol syetan Baphomet yang kerap dianggap tuhannya kaum Mason (Freemasonry).

Pada awalnya sejak beberapa generasi terdahulu tidak ada yang faham dan mengerti mengapa Pahlawan mereka berpose seperti ini. tetapi kemudian hari, setelah dibandingkan dengan gambar Baphomet ini, rakyat Amerika mulai tersadar.

PERANG EDIT DI WIKIPEDIA


Sebuah perangkat pemindai online yang dikembangkan seorang mahasiswa California Institute of Technology berhasil melacak jutaan IP address yang mengedit entry dalam situs ensiklopedia online Wikipedia, demi memanipulasi data. Salah satunya adalah IP address milik Badan Intelijen Pusat AS, CIA, yang di antaranya dilaporkan telah mengedit entry tentang Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad.


Wikipedia memang mempunyai kebijakan yang memperkenankan para penggunanya di seluruh dunia untuk melakukan penyuntingan terhadap entry-entry di dalamnya. Namun, kebijakan ini kini mengancam kredibilitas situs ensiklopedia gratis itu ketika sebuah perangkat pemindai online mengungkap bagaimana CIA, korporasi-korporasi seperti Diebold, dan yang lainnya secara rutin mengedit entry-entry di dalamnya dengan tujuan menghilangkan kritik dan memanipulasi kebenaran.

“Wikipedia Scanner”, nama perangkat yang dikembangkan Virgil Griffith—mahasiswa CalTech—melacak database yang menghubungkan jutaan suntingan anonim Wikipedia kepada organisasi-organisasi dimana suntingan-suntingan itu berasal, melalui referensi-silang hasil suntingan tersebut dengan data orang yang menggunakan IP address yang terekam.

“Pada 17 November 2005, seorang pengguna anonim Wikipedia menghapus 15 paragraf dari sebuah artikel mengenai perusahaan AS pembuat mesin e-voting, Diebold. Kelima belas paragraf tersebut merupakan bagian yang memuat kritik terhadap mesin buatan perusahaan itu dan dugaan penggalangan dana oleh CEO perusahaan bagi kampanye Presiden George W. Bush. Dalam kasus ini, perubahan tersebut datang dari IP address yang dimiliki Diebold itu sendiri,” papar Griffith coba menjelaskan contoh kasus manipulasi terhadap Wikipedia.

Griffith juga berhasil mendaftar sejumlah korporasi lain dan institusi-institusi pemerintah AS yang telah memanipulasi Wikipedia, yang secara esensial berupaya menutupi kebenaran dan menggantikannya dengan propaganda tanpa berdasarkan atas netralitas dan obyektivitas.

Hasilnya, sebagaimana dilaporkan situs wired.com, adalah sebuah database berisi 34,4 juta suntingan yang dilakukan oleh 2,6 juta organisasi atau perorangan, dari mulai CIA, Microsoft, hingga Kongres AS.

Namun Griffith mengakui bahwa perangkat buatannya tidak mampu mengidentifikasi individu yang melakukan suntingan. “Secara teknis, kami tidak mengetahui apakah suntingan itu datang dari seseorang di institusi tersebut atau bukan. Namun, kami jelas mengetahui bahwa suntingan berasal dari seseorang yang memiliki akses kepada jaringan institusi itu,” tulis Griffith.

Sebagian besar dari artikel yang telah diubah itu telah diperbaiki, baik oleh Wikipedia maupun para pengguna lainnya. Bagi para pengguna anonim yang telah menyunting tanpa obyektivitas dan netralitas itu, Wikipedia kerap memberi peringatan seperti: You have recently vandalized a Wikipedia article, and you are now being asked to stop this type of behavior. Namun, persoalannya, menurut Paul Joseph Watson dari Prison Planet, adalah jika mayoritas pengguna Wikipedia sepakat dengan hasil suntingan, maka ia akan menjadi sebuah kebenaran.

Sebelumnya, Watson pun berhasil mengungkap bagaimana sekelompok vandalis bekerja sama dalam upaya menghapus jejak kebenaran peristiwa 9/11 dari Wikipedia. Artikel-artikel yang dihapus di antaranya meliputi “teori-teori konspirasi”, “skandal seks politisi Partai Republik”, “keraguan atas laporan Komisi 9/11”, dan “gerakan pemecatan Presiden Bush”.

Ketika dimintai komentarnya mengenai keterlibatan CIA dalam “skandal Wikipedia” ini, seorang jurubicara badan intelijen itu, yang meminta namanya tidak disebutkan, mengatakan, “Saya ingin menegaskan poin yang jauh lebih besar dan signifikan, bahwa CIA memiliki misi vital untuk melindungi Amerika Serikat, dan inilah fokus dari agensi.”[irm]
Sumber: BBC News, Prison Planet, Wired, Herald Sun.

FPI (again ?)


1 Juni sore, saya dikejutkan dengan berita di SCTV mengenai penyerbuan atau penyerangan Apel Akbar Aliansi Kebangsaan oleh massa dari Front Pembela Islam (FPI). Beberapa aktifis menderita luka akibat pukulan tangan dan tongkat, bahkan pengeras suara turut aktif menghajar apel yang diyakini FPI akan merugikan Islam tersebut.

Kecaman demi kecaman membanjiri media massa, di Cirebon markas DPW FPI Cirebon dirusak massa dari simpatisan NU yang merasa kesal dengan aksi anarkins FPI di monas. Para simpatisan NU tersebut merobohkan papan nama secretariat FPI Cirebon.

Getir juga melihat brutalitas massa FPI, meski saya sudah tahu dari dulu, termasuk aksi balasan terhadap kantor FPI di Cirebon. Brutal melawan brutal, anarki menghasilkan rantai anarki yang panjang. Kata-kata itu muncul begitu saja dibenak saya.

Saya coba kilas balik pengalaman pribadi dulu ketika sering turun ke jalan tahun 2003, terutama saat mengadvokasi hak-hak PKL di kota Bandung yang waktu itu tergerus ancaman pembangunan ITC Kebon Kelapa dan Pasar Baru. Ketika itu walikota Bandung (Bpk. Aa Tarmana) melakukan peletakkan batu pertama Mal ITC Kebon Kalapa yang dibangun di atas tanah bekas terminal Kebon Kalapa, saya bersama rombongan PKL yang anti pembangunan melakukan aksi pada saat yang sama.

Diluar dugaan, aksi kami tidak dihadang oleh Petugas Kepolisian yang memang ada pada waktu itu, aksi kami justru mendapat perlawanan dari sekelompok massa yang mengatasnamakan dirinya GAPENSA (Gabungan Pengusaha Sandang). Kelompok ini pun sebenarnya PKL eks Cibadak Mol (CIMOL) yang dihimpun di eks terminal Kebon Kalapa tersebut. Tetapi sikap mereka terhadap pembangunan ITC berbeda jauh dengan kami, yaitu mendukung sepenuhnya.

Dengan mata merah dan sikap garang kelompok PKL tersebut menghadang kami dan melakukan tindakan-tindakan kasar terhadap kami. Mereka berteriak-teriak, “SAYA JUGA PKL !”.

Hal yang sama dialami juga ketika Pemkot Bandung menggusur PKL di wilayah alun-alun masjid Agung (sekarang mesjid Raya Bandung). Kami justru berhadapan dengan para pendekar dan ksatria dari berbagai perguruan silat di Bandung dan sekitarnya. Sekali lagi, kami bukan berhadapan dengan aparat.

Itu pengalaman saya. Lantas apa hubungannya dengan kejadian FPI di atas ? Ada. Bagi saya apa yang dialami aktivis aliansi kebangsaan dan saya waktu itu, konteks dan tujuannya sama : memindahkan konflik vertical menjadi konflik horizontal. Seperti yang sudah diketahui, aksi PKL yang saya galang bersama teman-teman, memiliki sasaran satu : perubahan kebijakan pemerintah. Yakni, membatalkan pembangunan ITC kebon kalapa, karena tidak ada dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan RTRK (Rencana Tata Ruang Kota) Bandung. Bahkan tim ahli dari ITB pun tidak menyatakan hal yang sama, untuk Pasar Baru memiliki ketahanan bangunan hingga 15 tahun mendatang.

Kami berhadapan dengan PKL yang dipecah suaranya, bahkan ketika penggusuran PKL di alun-alun Bandung, para pedagang VCD yang rata-rata orang non-sunda (Padang, Batak dll) menderita kekerasan fisik dan verbal. Selain pemukulan oleh para jawara silat, PKL dikata-katai sebagai perusak kota Bandung, ngaheuheurin (bikin sempit) dan banyak lagi. Sikap-sikap memancing konflik ini, dilakukan pula oleh walikota Bandung waktu itu, tatkala mendengar isu aksi gabungan PKL Bandung-Cirebon-Cianjur-Garut, Aa tarmana dengan lantang menyatakan bahwa aksi PKL itu akan dihadapi oleh tukang becak. Itu saya baca di Koran local.

Pola yang sama, memindahkan konflik dari vertical jadi konflik horizontal akan mengorbankan sesama rakyat yang tidak berdosa dan sebenarnya tidak tahu apa-apa. Seperti halnya aksi massa FPI vs Aliansi kebangsaan, rakyat melawan rakyat. Bertarung memperebutkan sesuatu yang belum jelas keuntungan dan maslahatnya bagi mereka. Bahkan bagi coordinator lapangan Aliansi Kebangsaan, keanehan dirasa karena polisi sepertinya tidak sigap mencegah aksi massa FPI.

Ini mirip denga politik belah bambu atau pecah belah ala kolonial dulu. Rakyat dibuat bertarung dan kehabisan energi berjibaku dengan saudaranya sendiri. Bisa jadi ini semacam pengalihan isu dari masalah yang sebenarnya, seperti BBM, KEMISKINAN, KORUPSI, KETIDAK ADILAN dan sebagainya.

Rakyat dalam hal ini ummat Islam sebenarnya sudah sering (berpengalaman ?) dengan konflik horisontal ini. Ummat kerap menjadi korban pengalihan isu atau konflik yang dilakukan kelompok yang anti dan tidak menyenangi eksponen Islam. Tidak usah jauh-jauh, ketika HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) menggelar Konferensi Khilafah Internasional, masyarakat tidak pernah merasakan gaung atau building issu yang dibangun hasil konferensi tersebut. Justru kita teralihkan dengan berita-berita seperti Al-Qiyadah, Qur’an Suci, AL-Haq, dan terakhir Ahmadiyah. Secara kasat mata, aksi anarkis massa terhadap kelompok lainnya dinikmati berjuta mata di Indonesia. Khilafah ? Wah....gak tau tuh....tenggelam....

Inilah kecerdikan musuh. Building issue-nya tepat dan cerdas. Khilafah pun kalah mentereng, jauh dari mendapat sambutan.

Apa yang terjadi dalam kasus Al-Qiyadah, Ahmadiyah dan FPI adalah sama-sama mengalihkan isu dan pemindahan konflik. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita, khususnya ummat Islam masih jauh dari matang secara sosial apalagi secara ideologi dan politik.

Ummat Islam, meminjam istilah Eep Saefulloh Fatah, masih sering melakukan “kesalahan-kesalahan lama”, bertindak reaksioner, bukannya proaksi. Mengambil bentuk kemarahan bukan politisasi.

Kini, kembali Islam dan eksponen gerakan Islam seluruhnya menderita tamparan akibat dari aksi FPI ini. Uniknya, aksi FPI ini (entah ini diperhitungkan atau tidak oleh para Habib pimpinan FPI) dilakukan pada kelompok yang sedang memperingati hari lahirnya Pancasila (1 Juni adlah hari kelahiran Pancasia, bagi anda yang belum tahu). Luar biasa, efeknya menurut Goenawan Muhammad hal tersebut masih membuktikan adanya unsur-unsur dalam masyarakat kita yang anti Pancasila.

Jadi dampaknya bertambah, selain pengalihan dan pemindahan konflik, justru sekarang mulai ada pensudutan. Karena aksi FPI ini pas dengan hari lahirnya ideologi nasional Pancasila. Ini dilematis, terutama bagi eksponen ummat yang menginginkan tegaknya Syari’at Islam. Cap anti Pancasila yang dulu digunakan Soeharto sepertinya akan disematkan lagi pada eksponen ummat Islam perindu Syari’at.

Ini PR dan pelajaran buat kita. Masih banyak yang harus dikerjakan, masih jalan sendiri-sendiri, tanpa sinergi. Kita masih kalah cerdas nampaknya, alih-alih mengalahkan musuh, kita kembali terpancing dan jadi bulan-bulanan.

Dulu ketika booming buku aliran Kiri, banyak eksponen ummat Islam yang gencar melakukan razia buku dan pembakaran buku-buku yang membahas ideologi Marxis dan varian-variannya. Salah satu organisasi yang terlibat dalam pembakaran itu adalah GPI (Gerakan Pemuda Islam) yang kebetulan waktu itu ketua Jawa Baratnya saya kenal dekat. Dalam satu kesempatan saya berkata pada beliau, “Kang, buku-buku kiri dibakar, mereka justru semakin besar”. Sahabat saya hanya senyum, gak jelas.

Akhirul kalam, saya tidak luput dari kesalahan. Cuma apa yang terjadi di silang monas itu mirip dengan yang saya alami dan ini patut direnungkan. Dan diperbaiki !

Wassalam

Sabtu, 29 November 2008

Agar Dapat Melihat Surga

Seorang anak dengan gayanya yang lugu bertanya kepada ibunya, “Bu, apa itu cinta?”. Cinta adalah kemurnian jiwa, kesejukan bathin dari kenikmatan memberi dan kerelaan berkorban,” jawab sang ibu. “Karena itukah banyak orang mengagungkan cinta?” tanya sang anak lagi. Dengan sabar dan penuh cinta ibunya menerangkan, bahwa keagungan cinta hanya berada pada cinta Sang Agung, Si pencipta cinta itu sendiri. Dan jika ada yang mengagungkan cinta diatas segalanya, sebenarnya ia tidaklah tengah mengagungkan cinta melainkan perasaan dan nafsunya yang tengah bergumul sehingga meluap menjadi nafsu berbaju cinta. Padahal jika mau membuka tabir sebenarnya, tentu mereka akan sadar kalau tengah terombang-ambing oleh arah cinta yang salah. “ini wajar nak, karena kebanyakan manusia hanya sebatas menggunakan mata kepala dan mengabaikan mata bathinnya, sehingga ia lupa bahwa cinta bersemayam dan bergetar-getar dihati, bukan di kepala, apalagi dimata.

Cinta harus dilihat dengan mata bathin, dan kebanyakan manusia memandang cinta hanya berhenti di mata kepala, sehingga seringkali tidak mampu menangkap kemurnian jiwa, kesejukan bathin dari mencinta dan dicinta. Karena itu, mereka yang senantiasa mampu menggunakan mata bathinnya untuk melihat segala hal, ia akan melihat siapapun dan apapun dengan cinta. “Karena Allah pun teramat cinta kepada yang mempersembahkan cinta kepada-Nya”.

“Lalu kenapa ada orang yang saling membenci, bertengkar dan saling bermusuhan?” tanyanya lagi. Itulah kehebatan Allah. Dia ciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna sehingga dengan kesempurnaan yang dimilikinya itu, manusia bisa menangkap kesan yang lain, tidak hanya cinta. Ada benci, marah, kecewa, senang, tertawa, sedih dan masih banyak lagi. Tak perlu takut, semua itu salah satu anugerah dari-Nya yang patut kita syukuri. Sudah menjadi fitrah manusia tidak menyukai sesuatu yang tidak disenanginya, artinya sesuatu hal yang tidak berkenan, tidak sesuai dengan hati nuraninya, adalah sangat manusiawi jika dibenci. Dan adalah fitrah manusia juga untuk kecewa jika sesuatu tak seperti harapannya, tak seindah mimpinya.

Masalahnya kemudian, bagaimana manusia mengkondisikan hatinya agar senantiasa condong kepada kebenaran, sehingga benci, marah dan kecewa serta sedihnya hanya kepada kebathilan, kesemena-menaan, kezhaliman, keserakahan dan bahkan kesombongan diri, juga dosa yang dilakukannya.

“Bagaimana dengan tersenyum dan tertawa?” Senyum dan tawa adalah sebuah refleksi, sama seperti benci, marah dan sedih. Hanya bedanya, biasanya senyum dan tawa adalah cermin dari keberhasilan, kemenangan dan prestasi seseorang akan sesuatu. Tak perlu merasa bersalah hanya karena tersenyum dan tertawa. Mungkin Allah menciptakan rasa itu untuk melatih manusia. “Bukankah semua hamba-Nya yang sholeh kelak akan tersenyum di hadapan Allah yang menghadirkan keagungan wajah-Nya?” jelas sang Ibu sambil mengusap kening anaknya yang serap-serap mulai terbuai ke alam tidurnya.

Lama ia dibuai cinta sang Ibu, dengan sentuhan lembut ibunya ia memainkan nyanyian dawai-dawai indah yang bergelung-gelung dialam mimpinya. Ia merasakan kehangatan hidup, keceriaan dunia. Mungkin karena usianya yang memang belum pantas merasakan kegetiran dan kepahitannya. Untuk sementara ibunya membiarkan mimpi anaknya tak terusik oleh kepayahan mencari sesuap nasi yang dijalaninya, juga hantaman kerikil di sepanjang jalan yang disusurinya. Terik dan hujan menjadi baluran tubuhnya sehari-hari, demi satu cita, tak kan membiarkan dimasa depan anaknya mengeluarkan keringat dan darah seperti yang dialaminya kini. Mungkin semua orangtua mempunyai mimpi yang sama. Hingga dengan demikian sang ibu semakin sadar bahwa hanya Tuhanlah yang selama ini menguatkan, mempertebal kesabaran serta menanamkan keyakinan dihatinya, bahwa esok matahari masih akan terbit.

Dan menjelang fajar, seusai kesejukan membasuh seluruh tubuh untuk kemudian bersimpuh dihadapan-Nya. Tak terasa air bening mengalir membasahi pipi, untaian kata pinta yang tak pernah berhenti, yang tak pernah berhias putus asa, yang tak diiringi penyesalan akan beban hidup yang saat ini diamanahkan kepadanya. Terkadang ada tangis yang begitu keras sekeras benturan kehidupan yang menerpanya, hingga tak sadar tangisannya itu menyentuh relung bathin anaknya sampai terbangun.

“Kenapa ibu menangis?” Menangis adalah satu anugerah Allah lainnya nak. Menangis adalah wujud dari kelemahan manusia yang jelas-jelas kekuatannya sangat terbatas. Menangis adalah pembuktian akan adanya Yang Maha Kuat yang memiliki kehendak diatas segala mau dan keinginan manusia. Tak perlu malu untuk menangis, karena dengan menangis kita tengah melunturkan kesombongan, kepekatan hati yang penuh noda hitam dari setiap detik hidup yang berlumur salah, juga menghilangkan penyakit-penyakit lainnya yang kerap hinggap di kalbu.

Menangis tidak mesti dengan air mata, meski biasanya selalu dengan itu. Air bening yang membasahi mata akan membasuh dosa yang berawal dari penglihatan manusia. Kemudian airnya turun menyejukkan wajah kita. Itulah cara Allah membersihkan wajah manusia yang coreng-moreng oleh kekhilafannya. Maka dengan menangis setiap hari, wajah menjadi bersih, hati pun sejuk kembali dan kebeningan mata yang sudah terhapuskan pekatnya, memberikan keindahan tersendiri. Semua itu, hanya agar manusia dapat melihat surga. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Shidiq IM-3)

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Ada suatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna

Wassalam

SEBAB JATUH BANGUNNYA SUATU BANGSA

Setiap agama biasanya membahas sebab-sebab kemajuan dan kemunduran suatu masyarakat. Pandangan suatu agama mengenai faktor-faktor utama kemajuan dan kemunduran suatu komunitas, menunjukkan pendekatannya terhadap masyarakat dan gerakannya dalam memperbaharui tatanan tersebut.

Al-Qur’an memiliki beberapa pandangan, misalnya mengenai sebab menyelewengnya suatu bangsa sebagai akibat dari ketaatan terhadap abaa’uhum (bapak-bapak mereka), yang dapat dimaknai sebagai pemimpin, nenek moyang, pembesar-pembesar maupun tokoh-tokohnya. Kalangan elit sosial tersebut diklaim memproduksi ketimpangan, feodalisme, ketaatan buta, fanatisme dan kultus individu yang pada akhirnya menyelewengkan rakyat dari penghambaan hanya kepada Allah.

Namun, Al-Qur'an secara keseluruhan, menyebut masing-masing empat faktor yang mempengaruhi jatuh bangunnya suatu masyarakat. Secara singkat pada kesempatan ini akan dibahas masing-masing faktor tersebut.

Keadilan atau Kedzaliman.

“Sungguh, Fir’aun telah meninggikan dirinya di bumi dan menjadikan penduduk negerinya berkasta-kasta, dengan menindas satu golongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sungguh, ia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al-Qashash (28) : 4)

Ayat ini pada awalnya menggambarkan nafsu Fir’aun yang memperlakukan rakyatnya sebagai sapi perahan, bersikap diskriminatif dan otoriter. Al-Qur'an menyebutnya sebagai mufsid (pembuat kerusakan) dimaksudkan sebagai kutukan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya sebagai pemegang kekuasaan.

Meski Fir’aun telah ditenggelamkan di laut Merah, tidak berarti semangat dan perilaku firaunis lenyap begitu saja. Di Indonesia, meski secara formal Orde Baru telah dijatuhkan, kenyataannya bangsa ini masih dibawah cengkeraman manusia bermental firaunis. Kebijakan-kebijakan yang tidak berfihak pada rakyat, kenaikan harga BBM dan bahan pokok, bebasnya para konglomerat hitam, KKN yang semakin merajalela, diterimanya kasasi Akbar Tandjung, menunjukkan keadilan masih jauh dari jangkauan.

Perilaku firaunis menalar tidak saja pada tingkat elit politik, tetapi diderita pula oleh kita kalangan wong cilik. Disadari atau tidak, kita pun kerap bersikap firaunistik. Ketika supir berlaku seenaknya di jalan, tukang ojeg me-mark-up ongkos terhadap penumpang yang diyakini orang baru, pedagang di pasar yang memanipulasi timbangan, polisi yang menerima salam kepal dari sopir-sopir, birokrat yang mengutip uang administrasi, hakim yang hobi disuap, atau lainnya, membuktikan kedzaliman telah menjadi bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat. Kita seringkali tidak proporsional ketika mengkritik habis elit politik yang korup, padahal saat yang sama kita menjiplak perilaku orang yang kita kritik. Kita pun menjelma menjadi Fir’aun di rumah, sekolah, kantor, masjid, pasar, hutan, laut, dan sebagainya.


Kedudukan hari ini ditentukan sejauhmana ia memiliki kekayaan dan kuasa. Ironisnya kita berbangga hati dengan semua itu.Seorang caleg berani menghabiskan uang puluhan juta demi nomor urut dan membeli ijazah palsu, pesakitan berani menyumpal mulut hakim agar kasusnya dimenangkan di pengadilan, kita pun biasa membayar puluhan juta agar dapat diterima jadi PNS, hutan digunduli atas nama pembangunan, laut dan sungai dicemari, sumber daya alam (emas, minyak dan lain-lain) dikuasai asing, hingga pesta pernikahan yang menghabiskan banyak uang untuk sewa gedung, dekorasi, pakaian, dan katering. Padahal masih banyak yang kesulitan secara ekonomi, tidak bisa makan, dan menganggur. Bukankah ini pun sebuah kedzaliman ?


Persatuan atau Perpecahan.

Surat Ali-Imran ayat 103, memberikan suatu perintah jelas untuk bersatu di atas dasar aqidah, serta melarang perpecahan. Dalam ayat berikutnya (Qs. 3 : 105), kita diminta untuk tidak meniru perilaku para pendahulu (kaum Yahudi dan Nasrani) yang saling berselisih dan berpecah-belah dengan diakhiri peringatan adzab jika tidak mengindahkannya.


Saat ini, persaingan antar kelompok kepentingan begitu kentara, parpol, organisasi, tokoh, bahkan jama’ah-jama’ah saling klaim dan memonopoli kebenaran. Menuduh yang di luar kelompoknya sebagai a-reformis, status quo, kafir, bid’ah atau sesat. Budaya buruk sangka lebih berkembang daripada dialog dan toleransi. Akibatnya intrik, saling sikut mewarnai perkembangan masing-masing kelompok untuk memenangkan ambisinya.


Friksi antar kelompok ini harus segera dituntaskan. Sebelum kekuatan semakin melemah dan permusuhan kian menguat. Kehendak untuk berdialog, taffahum dan membangun sinergi seyogyianya lebih dikedepankan daripada menuduh kesana kemari. Sekian generasi dan waktu, energi kita dihabiskan hanya untuk mensesatkan orang atau kelompok yang berbeda pemikiran dan garis politiknya dengan kita. Jelas hal ini sebuah kesia-siaan.

“....janganlah kamu saling berselisih, sebab kamu akan menjadi lemah dan kehilangan kekuatan...” (Qs. Al-Anfaal : 46)

Perbedaan yang tidak bisa disikapi dengan arif inilah yang membuat kita (ummat Islam) senantiasa menjadi komoditas politik kekuatan lain. Kita menyadari bagaimana terorisme menjadi dagangan yang laik jual dengan kasus-kasus pemboman, teror dan banyak lagi. Sejak Orde Baru, kita kerap distempel dengan cap komando jihad (komji), Eka (ekstrim kanan), AMIN (Angkatan Mujahidin Islam Nusantara), bahkan rakyatpun seringkali diatasnamakan hanya untuk kepentingan kuasa dan uang.


Mengamalkan atau Melecehkan Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Al-Qur'an sangat menekankan sekali kewajiban amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran). Kesimpulan jelas yang dapat ditarik dari salah satu ayatnya adalah jika kita melecehkan atau mengingkari kewajiban besar ini, akan mengakibatkan kehancuran dan keruntuhan tatanan yang selama ini ada. Al Maidah ayat 79 menerangkan bahwa salah satu alasan Allah melaknat sebagian Bani Israil adalah karena mereka mengingkari kewajiban amar ma'ruf nahi munkar.


“Mereka saling tidak melarang tindakan munkar apapun yang mereka perbuat.”


Kita dapat dengan mudah menggolongkan apakah termasuk menunaikan kewajiban amar ma'ruf nahi munkar atau melecehkannya dalam kasus dibebaskannya para bankir bermasalah, diterimanya kasasi Akbar Tandjung, dipenjarakannya Ustadz Jafar Umar Thalib dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, dan banyak lagi pelecehan-pelecehan atas nama hukum dilevel lokal maupun nasional.

Moral atau Amoralitas.

Nilai moral menjadi barometer kualitas suatu masyarakat. Moralitas menjadi garis pemisah antara yang benar dengan yang salah. Kenyataannya saat ini, kita tanpa tedeng aling-aling berani memperlihatkan perilaku amoral secara terbuka. Pergaulan bebas dipertontonkan tanpa rasa malu, pantat perempuan (maaf - pen) dipertontonkan atas nama seni, orang berjudi bebas tanpa takut apapun, minum-minuman keras ditenggak didepan umum, bangkitnya kepercayaan terhadap tahayul dan mistik (sihir), membunuh dengan mudah hanya karena hal-hal yang sepele, berbohong dan memanipulasi fakta atas nama rakyat dan bangsa, sensualitas dijual murah di koran dan tv. Mereka yang melakukannya begitu santai tanpa perasaan berdosa, justru yang melihatnya malah merasa malu. Sangat terbalik. Banyak yang telah menderita impotensi hingga tidak sanggup mencegah perjudian, kemaksiyatan dan perilaku-perilaku amoral lainnya.

****

Realitas diatas menunjukkan seberapa jauh kualitas kita sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat. Ketika keserakahan, kebiadaban dan nafsu diumbar, kita semua merasakan akibatnya. Bencana alam, kebakaran hutan, kekeringan, wabah penyakit menjadi peringatan bagi kita untuk merombak semuanya hingga keadilan, persatuan, amar ma'ruf nahi munkar dan moralitas benar-benar menjelma secara paripurna. Jika tidak kunjung disadari, Allah akan menggantikan kita dengan kaum (masyarakat) lain yang lebih baik.

Tidak ada alasan untuk bersikap pasif, Al-Qur'an sangat menghargai orang atau komunitas yang bangkit menyerukan perubahan. Misalnya, Qs. Al- Qashash ayat 5, Allah menjanjikan orang-orang tertindas yang bangkit akan dijadikan pemimpin-pemimpin dan pewaris-pewaris yang sah dalam merombak tatanan yang rusak. Tetapi sebelum upaya tersebut dilakukan, perubahan mentalitas, sikap, cara berpfikir harus terlebih dahulu dilakukan. Kegagalan gerakan reformasi kiwari, karena mendahulukan perubahan sosial-politik daripada perubahan mentalitas. Akibatnya pasca 1998, bangsa ini jatuh kepada cengkeraman stelsel mental-mental lama yang sulit dilawan. Kita hanyalah Fir’aun yang berteriak seperti Musa dan Harun, atau Namrudz yang berbaju Ibrahim, karena meski tatanan sosial-politik telah berubah, mentalitas kita tidak ikut berubah.

Idza bi nafsik ! (mulailah dari dirimu sendiri). Seruan ini mungkin klasik, tetapi inilah titik awal perubahan semestinya. Hudzaifah al Yamani pernah ditanyai mengenai hati yang mati, beliau menjawab, “yaitu ketika seseorang tidak menolak kemungkaran dan tidak pula mengingkari dengan tangan, lisan maupun hatinya.” Wallahu A’lam.(Sukma Prihatin)