Sabtu, 17 Januari 2009

Siapa Sebenarnya Dhani Dewa 19 ?


Perhatikan artikel dari wikipedia dibawah ini :

Dhani Ahmad Prasetyo (born May 26, 1972 in Surabaya), better known as Ahmad Dhani/Dhani Manaf is an Indonesian rock musician of Jewish origen, who has been described as a "rock star"[1]. His album Warriors of Love (Laskar Cinta) reportedly "challenged militant ideology" and was "massively popular" in Indonesia[2].

Dhani is a member of the rock band Dewa 19, where he does vocals and keyboard.

Salah seorang rekan kami meneliti cover-cover dan lagu dewa 19, ternyata sangat mengejutkan !

Banyak simbol-simbol Yahudi dan Freemasonry terselip disana. Untuk lebih lengkapnya download file ini :

http://rapidshare.com/files/184774546/Sesuatu_Tentang_DEWA_19.rar


Selasa, 23 Desember 2008

PESAN-PESAN SETAN DIBALIK LAGU-LAGU POPULER

TAHUKAH ANDA ? Ketika saya membaca buku “Secret Society and Its Political Power in 20th Century” Bab 47, disebutkan bahwa kekuatan kegelapan berupaya mengendalikan pikiran dan informasi salah satunya lewat musik. Industri musik yang maju pesat dan banyak disukai oleh masyarakat dunia,menjadi salah satu program andalan, selain mendapatkan uang dari penjualan lagu-lagu.


Selama beberapa decade, para pendengar lagu secara tidak sadar dipengaruhi oleh “backward masking” rekaman frekuensi tinggi dan ritual sihir. Jika lagu dimainkan secara normal, pesan-pesan tersebut tidak akan terdengar. Tetapi jika dimainkan secara terbalik (backward), muncul pesan-pesan aneh dalam beberapa lagu yang ngetop di dunia. Perhatikan baris di bawah ini :

The best example though is the music and recording industry. For decades the listeners
have been influenced by “backward masking”, high frequency recording and magic rituals.
In high frequency recording the message is added at frequencies that the ear can no longer
hear but that are still subliminally understood by the subconscious.

In backward masking the messages are recorded backwards and can again be integrated
by the subconscious. If the tapes are played backwards, the messages become audible.

Some examples:
KISS (Kings in Satan’s Service)
Song: God of Thunder
Message: The devil himself is your god!

Madonna
Song: Like a Virgin
Message: I walk in sin!

Queen
Song: Crazy Little Thing Called Love
Message: To hell with the bible! All I want is magic!

Police
Song: Every Little Thing She Does Is Magic!
Message: The evil have power!

Rolling Stones
Song: Tops
Message: I love you, says the devil.

Prince
Song: Purple Rain
Message: Heaven is about to split open!

Cindy Lauper
Song: She Bop
Message: You are helpless against evil, against the backward playing, Ha ha ha.

The Beatles
Song: Revolution No. 9
Message: Start smoking marihuana, and : Turn me on dead man. (dead man = Jesus).

Although not strictly belonging to the subject matter, it is interesting to note what in 1962

John Lennon said to Tony Sheridan at the Hamburg Star Club:
I know that the Beatles will have success as no other band. I know it because for that
success I have sold my soul to Satan!”


Mitos Appollo 11

Menuak Dusta Pendaratan Manusia Pertama di Bulan

Selama puluhan tahun rakyat di dunia meyakini peristiwa ini, dari generasi ke generasi. Bahkan di sekolah-sekolah di Indonesia, dalam pelajaran sains selalu ada pembahasan bahwa Neil Amstrong-lah manusia pertama yang menjejakkan kakinya di bulan.


1. Dimanakah bintang-bintang yang biasa terlihat dalam photo luar angkasa ? Bukankah seharusnya photo disamping ini memiliki latar belakang ribuan bintang, mengapa ?






2. Di luar angkasa, satu-satunya sumber cahaya hanyalah matahari. Jika benar disebabkan matahari, mengapa bayangan pada obyek-obyek disamping tidak parallel ?

Perhatikan garis kuning yang menunjukkan bayangan kapsul ruang angkasa tidak sama arah jatuhnya dengan bayangan dari dua buah batu. Ini berarti terdapat lebih dari satu sumber cahaya.




4. Pada potongan film NASA ini, terlihat bahwa bendera nasional Amerika berkibar dengan kencang di bulan. Mungkinkah di ruang hampa, bendera dapat berkibar tanpa angin dan udara ?









5. Disekitar permukaan bumi terdapat sabuk radiasi yang berbahaya (Van Allen belt), setiap pesawat ruang angkasa harus memiliki casing perlindungan dari radiasi yang membahayakan nyawa astronotnya. Apollo 11 tidak dilengkapi peralatan tersebut, secara teknis seharusnya para astronot sudah tewas dalam perjalanan ke bulan. Mengapa mereka masih bisa hidup ?





6. Disamping adalah photo Buzz Aldrin yang (katanya) diambil oleh Amstrong. Dari photo tersebut, tampak posisi kamera setidaknya sedikit lebih tinggi dari dada, atau sejajar dengan wajah pemotret untuk mengambil gambar dengan ukuran tersebut.

Tetapi, setiap astronot memiliki kamera yang menempel permanent di seragam luar angkasanya, tepatna pada bagian dada. Agak sulit memperkirakan bagaimana Amstrong mengambil gambar rekannya dari jarak cukup dekat dengan kamera dada harus diangkat angle viewnya.



7. Berikut adalah moncong pembuang dari roket NASA yang mendarat di bulan. Terlihat tanah di bawahnya tidak meninggalkan bekas apa pun sbeagai akibat dari pancaran gas roket.







8. Salah satu keanehan lainnya adalah terdapat beberapa garis rambut bersilangan yang mengindikasikan bahwa photo-photo maupun film Apollo 11 hasil penggabungan satu gambar dengan gambar lain.



Sumber :
www.moonhoax.com
www.nasawatch.com
http://moonhoax.us/

www.moonmovie.com


PERANG MASYARAKAT NGESEKS

Dr. Sindhunata

Juni 2002, Presiden Amerika George W. Bush berpidato di depan para kadet Akademi Militer di Westpoint. Katanya, "Amerika tak bertujuan untuk membangun suatu imperium atau mewujudkan suatu utopia." Tak hanya pada kesempatan itu, tapi pada kesempatan lain pun Bush menekankan berulang-ulang, dunia tak usah khawatir akan adanya imperialisme Amerika. Menyimak sejarah Amerika, dunia boleh khawatir, bahwa omongan Bush itu tak bisa dipegang. Ambil saja contoh perang Amerika lawan Spanyol tahun 1898.

Pada waktu itu terjadi pemberontakan bangsa Kuba terhadap kekuasaan kolonial Spanyol. Amerika melihat, kerusuhan di kepulauan penghasil gula itu bisa membahayakan investasinya. Amerika makin merasa harus menginvasi Kuba, karena di sana terjadi kekejaman dan pelanggaran hak asasi yang dilakukan oleh penguasa kolonial Spanyol. Keinginan itu makin dipicu dengan peristiwa ini: Februari 1898 kapal perang U.S.S. Maine meledak di pelabuhan Havana, mengakibatkan kematian 226 prajurit Amerika. Tuduhan segera meluas: ledakan itu adalah aksi teror dari pihak Spanyol. Baru pada tahun 1967 terbongkar, bahwa tuduhan itu keliru. Yang benar, kapal perang itu meledak hanya karena kecelakaan.

The splendid little war, perang kecil dan indah, demikian Menteri Luar Negeri John Hay menamai perang itu. Ternyata perang berlangsung tiga bulan, diakhiri dengan kekalahan total di pihak Spanyol. Karena kekalahan itu Spanyol akhirnya juga kehilangan kekuasaannya di wilayah Karibik, bahkan juga di daerah Asia Tenggara. Kongres Amerika menekankan, Amerika tak sedikit pun berambisi untuk mencaplok wilayah yang ditaklukkan. Toh, pemerintahan Mc Kinley tak bisa menahan godaan. Akhirnya Amerika mengklaim kedaulatan atas Puerto Rico, Guam dan Filipina. Dalam waktu dekat di Filipina, pecahlah perlawanan rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dan Amerika pun harus menghadapi perang gerilya yang berlangsung lama dan brutal.

Bayangkan, perang yang begitu brutal semula hanyalah dinamai sebagai the splendid little war. Dari mana datangnya ide, bahwa perang yang begitu kejam dan makan banyak korban, hanya dianggap seakan permainan yang indah dan menyenangkan? Hal ini kiranya tidak cukup diterangkan hanya dari alasan politik, bisnis atau militer. Adakah faktor kebudayaan yang mempengaruhi ide pendangkalan perang yang kejam menjadi bagaikan perang-perangan yang menyenangkan? Mungkin faktor itu ada, sekurang-kurangnya jika orang mengamati hal tersebut dalam dunia perfilman Amerika.

Mengamati pemutaran film-film Holywood dalam festival Berlin belum lama ini, Katja Nicodemus, kritikus film Jerman, membuat komentar demikian: Film-film Holywood membawa ke layar pribadi-pribadi yang merasa dirinya tidak safe, dan tak yakin untuk tampil sebagai person yang integral. Pribadi-pribadi itu diliputi dengan keraguan dan kekhawatiran diri. Dalam film-film itu kita juga melihat suasana gembira dan jenaka, yang diciptakan oleh dunia show-business, namun di lain pihak juga suasana ketakutan, jangan-jangan orang tenggelam karena ilusinya.

Di sana juga tampak suasana bebas tanpa ketakutan dan keraguan apa pun, seperti diciptakan oleh dunia entertainment, namun di lain pihak juga teraba suasana di mana orang merasa bersalah, skrupel karena membohongi diri.

Film-film Holywood sesungguhnya adalah cerita tentang materialisasi kerinduan-kerinduan orang Amerika di satu pihak, tapi juga cerita tentang kerinduan mereka setelah meneka merasa tertipu oleh kerinduan-kerinduan tadi. Seperti tampak di dalam film, orang-orang Amerika itu merindukan situasi tanpa dosa sebelum manusia berdosa di Taman Firdaus, namun pada saat yang sama juga menganggap itu semua sebagai impian sia-sia belaka. Film Amerika sesungguhnya adalah melankoli dari emosi. Di saat film seakan menjadi medan perang, di mana cinta, kebencian, action dan kekerasan, pendeknya apa yang berkait dengan emosi, tumplek blek menjadi satu.

Materialisasi dari emosi tersebut dapat dilihat dengan amat konkret, misalnya dalam gaya dan action dari serdadu-serdadu Amerika yang tergabung dalam Special Operation Group di bawah CIA. Mereka ini beraksi dengan gaya rambo. Postur tubuh, keberanian, petulangan, taktik dan action-nya yang dingin seakan jiplakan dari permainan aktor berotot, Sylvester Stallone. Tahun delapan puluhan Stallone sendiri memang pernah membintangi Special Ops, yang melayarkan kehebatan pajuang rambo.

Perlu dicatat, termasuk ke dalam emosi itu adalah seks. Dalam menyhadapi seks pun, orang-orang Amerika belum bisa bebas dari kemenduaannya. Di satu pihak, mereka dikenal sangat liberal. Di sini tak ada yang menyangkal, bahwa masyarakat Amerika dikenal sebagai masyarakat yang ngeseks dan Amerika adalah tanah air bagi kebebasan seks. Namun di lain pihak, mereka juga sangat puritan dan konservatif, lihat saja misalnya dalam affair Clinton-Lewinsky.

Sudah bukan teori lagi, bahwa seks itu dekat dengan kekerasan. Bagi masyarakat yang selalu mendua dalam bersikap terhadap seks, seks bisa tertindas sebagai sekam agresi, yang sewaktu-waktu bisa membara menjadi kekerasan, perkosaan, bahkan perang.

Menarik dalam hal ini penemuan kontroversial dua ilmuwan biologi Amerika, Randy Thornhill dan Craig Palmer. Buku mereka A natural history of rape, menceritakan tentang persetubuhan di dunia serangga terbang. Serangga betina yang birahi ternyata menyerah begitu saja untuk dikawini, bila ia berhadapan dengan serangga jantan yang "mampu", yang bisa menghadiahinya dengan banyak makanan, seperti daging uir-uir atau cairan tudahnya. Sementara terhadap serangga jantan yang kurang "mampu", si betina itu tidak mau menyerah begitu saja. Terpaksa serangga jantan yang "miskin" ini memaksa (atau dalam bahasa seksual: "memperkosa") serangga betina, sampai ia mau dikawini. Thronhill dan Palmer menerapkan hal ini pada manusia. Dan di sanalah teorinya menjadi kontroversi hebat.

Di atas sudah diperlihatkan, bahwa pribadi orang Amerika itu dekat dengan kebingungan, kemenduaan, perasaan bersalah dan keminderan. Pribadi itu ibarat serangga jantan yang "miskin" dan minder. Jika benar, agresi, perkosaan dan kekerasan bahkan perang itu adalah akibat dari "keminderan", maka jangan-jangan agresi ke Irak ini adalah bukti, bahwa Amerika sebenarnya tak sanggup menjadi bangsa yang adi daya. Di balik kedigdayaannya tersembunyi ketidakmampuannya untuk mengatasi keraguan, kebingungan dan kegelisahannya sendiri. Agresi ke Irak adalah tanda bahwa mereka itu bangsa yang sakit secara psikologis.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Basis

Selasa, 09 Desember 2008

“KURBANKAN ISMAILMU !”

Oleh Ahmad Sofyan

Tidak terasa ternyata kita kembali menemui salah satu momentum besar dalam tradisi relijius Islam, bernilai besar tidak saja secara ritual yang melibatkan banyak pelaku dalam saat yang sama, tetapi juga besar secara sosio-historis, dan yang lebih penting, secara ruhiyah.

Tradisi yang kemudian kita kenal sebagai Hari Raya Qurban (Idul Adha), secara kolektif mampu mendorong setiap muslim untuk berlomba beramal dengan mengkurbankan hewan hasil dari shodaqoh, baik berupa sapi maupun kambing. Tidak ketinggalan kaum papa pun berlomba mendapatkan karunia – rezki lebih, dari setiap kerat daging yang menjadi hak mereka.

Fenomena diatas menunjukkan, tradisi Qurban tidak hanya secara elitis dimiliki oleh kaum aghnia (kaya), tetapi sangat terbuka ruang, yang memang diperuntukkan bagi kaum papa untuk terlibat. Nyatalah, secara esensial target utama dari Qurban adalah lapisan sosial ekonomi lemah.

Maka terdapat beberapa makna atau nilai yang dapat diambil dari fenomena ini, yaitu pertama, ibadah Qurban merupakan manifestasi ruhiyah untuk senantiasa menyerahkan segala kepemilikan bendawi khususnya, hanya kepada Allah yang diwujudkan dengan mengkurbankan hewan. Setiap hamba dituntut untuk mengambil posisi vis a vis dengan ikatan bendawi, meski hal itu merupakan bagian dari nikmat yang lumrah dimanfaatkan. Kedua, qurban merupakan sebuah simulasi lapangan dalam mengejawantahkan keseimbangan kosmologis, yang tiada ketimpangan, stratifikasi dan ketidakadilan struktural sehingga memarjinalkan kalangan the have not (tak berpunya).

Pesan ruhiyah dan sosiologis terintegrasi dalam ibadah Qurban, bahwa sesuatu yang ritualistik pada saat yang sama sangat empiris, personal sekaligus sosial, abstrak juga kontekstual. Permasalahannya sekarang, sekian lama momentum Qurban kita jalani, apakah kedua esensi tersebut teraktualisasi ?

Penalaran Essensi Qurban.

Qurban secara bahasa berasal dari kata qaraba yang berarti dekat atau mendekat. Setiap pelaku qurban bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai The Real Existence (Wajibul Wujud) dengan menyembelih seekor hewan sebagai simbol kepasrahan dan pelepasan dari ikatan bendawi. Mengapa kita harus mendekat kepada Allah dan menanggalkan segala keterikatan bendawi yang secara kasat mata sangat indah itu ?

Berawal dari nilai dasar Islam, yaitu Tauhid (Laa Ilaah Illallaah), bahwa peta kosmologis secara materi dan immateri memiliki sentrum tunggal. Sentrum ini berupa aksis (poros) yang mana semua materi dan immateri berasal dari poros tersebut, dan terikat secara mutlak padanya. Sentrum ini merupakan awal dan akhir dari segala kejadian. Maka kesejatian, kemutlakan, keajegan, kedaulatan ada pada poros ini, karena Ia tidak terikat oleh dimensi dan konvensi-konvensi yang kita kenal (ruang dan waktu) sehingga sifat universalitas, kemenyeluruhan dan keutuhan adalah watak sejati-Nya. Diluar itu, merupakan lawan dari semua sifat yang dimiliki kutub tersebut, yaitu kefanaan, keabsurd-an,relativitas dan ketidakberdayaan. Karena kelemahan-kelemahan ini, ia menjadi sangat bergantung kepada yang Mutlak, Ajeg dan Sejati sebagai satu-satunya mata air kekuatan dan kemulyaannya.

Konsekuensinya, tumbuhlah rasa taslim (kepasrahan total), al-hubb (mencinta), dan tergantung total hanya kepada Dzat yang Mutlak tersebut, karena ketika wujud yang faqir itu sedikit saja melepaskan keterikatannya pada yang Mutlak ia akan menderita disharmonisasi dan disintegrasi secara massif.

Dalam konteks Ibrahim a.s, beliau pernah mencoba untuk menanggalkan kebergantungannya kepada yang Maha Mutlak, dengan memilih keterikatan bendawi dengan menetapkan matahari, dan bulan sebagai pusat orientasinya. Dan akhirnya beliau pun menyadari bahwa satu-satunya pusat orientasi (kiblat) dan penyerahan diri hanyalah yang Maha Mutlak tersebut.

Aku orientasikan segenap aspek jasadi dan ruhaniku, hanya pada yang menjadikan Langit dan Bumi, dan Aku termasuk golongan yang menyerahkan diri “.

Ketika keyakinan telah terbentuk, akan maujud sebuah pandangan dunia yang menjadi karakter, sikap dan perilaku Ibrahim, dengan kata lain ia tidak hanya berhenti pada peta kognitif, tetapi juga sekaligus membuka jalan bagi dilakukannya aksi dalam mengaktualkan idealitas tersebut. Di titik ini, Ibrahim berhasil membentuk Pandangan Dunia sebagai madhab pemikiran (ideologi) dan metode aksi (falsafah pergerakan).

Fase pertama yang dilalui adalah pemurnian dan pembentukan idelogi sebagai basis keyakinan yang menjadi alat ukur dan titik awal pergerakan-pergerakan selanjutnya. Basis ideologis ini membutuhkan pembajaan yang tiada henti, agar senantiasa terpelihara Kiblat (pusat orientasi) sebersih-bersihnya.

Apa yang kemudian dialami oleh Ibrahim, mulai dari dialektikanya dengan matahari dan bulan, diusirnya Ibrahim oleh Azar ayahandanya, perobohan patung-patung, pembakaran, hijrah ke Mekkah dan penyembelihan Isma’il merupakan sebuah proses panjang dalam peningkatan kualitas ideologi yang bersemayam di akal dan hatinya. Khusus berkenaan dengan peristiwa terakhir (penyembelihan Isma’il), merupakan peristiwa yang sangat dramatis dan fenomenal sehingga diabadikan sebagai momentum ibadah Qurban.

Pembajaan dan pembersihan ideologi dimaksudkan agar tidak ada tandingan-tandingan (andaad) dalam kepasrahan, ketaatan dan kecintaan Ibrahim yang dapat mempengaruhi kelurusan aksi-aksi yang dilakukan dalam pembumian ideologi Tauhid tersebut. Penyembelihan Ismail pun sebagai salah satu wujud training Ilahiyah dalam mensucikan Ibrahim dari semua anasir-anasir yang dapat menandingi Allah sebagai kiblatnya.

Ismail dapat menjadi tandingan dalam ketundukan, kecintaan dan ketaatan karenanya ia perlu dikurbankan,agar ideologi dan metode aksi Ibrahim dapat selamat sehingga layak untuk menjadi prototipe pelanjut-pelanjutnya dikemudian hari.

Koreksi intern sebagai awal bagi hadirnya pergerakan risalah, menjadi mutlak dan tidak bisa diabaikan. Setiap hal, baik itu sesuatu maupun seseorang yang berpotensial menjadi ‘ismail’ (baca : penghalang) antara kita dan Allah, wajib didekonstruksi. Apa pun, apakah itu benda, personal, bahkan sistem/struktur pun harus kita ‘qurbankan’.

Sebagai contoh, seorang pejabat harus mendekontruksi kekuasaannya, ketika kekuasaannya menjadi penyebab dirinya berlaku dzalim, seorang pengusaha mengkurbankan usahanya, seorang suami mengkurbankan istri, ulama mengkurbankan madhabnya dan argumennya, ibu mengkurbankan anaknya, begitu seterusnya.

Pembentukan pandangan dunia (vision de monde) ini berimplikasi pada pembentukan keyakinan moral dan ideal tentang tata sosial yang harus terbentuk. Pranata sosial dipandang sebagai bagian dari wujud pengorientasian secara kolektif terhadap Kiblat yang mutlak, yaitu Allah. Hadirnya pranata sosial yang berorientasi secara lurus, memudahkan dan mengkatalis pengorientasian diri kepada Wajibul Wujud, sehingga ia pun turut menjadi instrumen vital. Kehendak luhur ini dapat dilihat dari dibagi-bagikannya daging qurban kepada mereka yang berhak, sebagai artikulasi abstraksi pandangan dunia Tauhid kehamparan realitas sosial secara konkret.

Bahkan lebih jauh lagi, ibadah qurban pun bermakna sebagai protes sosial terhadap sistem, struktur dan hirarki sosial yang timpang sehingga menjadi ‘ismail’ secara kolektif. Jadi ibadah Qurban tidak saja akan berimplikasi pada wilayah personal, tapi menyebar dan melebarkan sayapnya pada sistem dan struktur yang mapan. Laksana sebuah virus yang akan menggerogoti fondasi sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang korup, ia baru akan berhenti ketika Allah benar-benar menjadi pusat orientasi sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dari sudut pandang ini, sangat wajar jika bagi pendukung kemapanan, momentum ibadah Qurban laksana terowongan bawah tanah, tempat bersarangnya para pemberontak yang akan menggangsir pusat kekuasaan dari bawah. Ibadah Qurban dipandang membahayakan karena dapat menumbuhkan semangat perlawanan, solidaritas, dan sentimen anti status quo. Terbukti, sekitar abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda melarang praktek Qurban dan ibadah Haji di Nusantara dengan regulasi yang tersurat dalam doktrin “Islam Politieke”.

Dan sekarang ini, ketika rata-rata dari kita ramai-ramai merayakan Qurban dengan sekerat daging – praktik yang seringkali sangat mekanistik, semoga saja kita tidak lupa bahwa kita pun dituntut untuk mengkurbankan ego, istri, suami, kekuasaan politk, kekayaan, status sosial, organisasi, fanatisme golongan/madhab, bahkan bila perlu Presiden pun dapat kita qurbankan.

Prinsip pembebasan (pribadi dan kolektif), keadilan, dan persamaan derajat, merupakan deretan nilai-nilai etis-moral yang mendasari hadirnya Qurban ke hadapan kita.

Dalam perspektif Qurban, teranglah bahwa Islam, hadir tidak dengan semangat mengabsahkan realitas, tetapi untuk merubahnya. Qurban hari ini akan menentukan realitas dan peta masyarakat selanjutnya dalam ranah spiritual, ideologis, politik, sosial, budaya dan ekonomi. Produk dari berqurban-nya Ibrahim adalah negeri Mekkah, organisasi aplikatif yang dilegitimasi sebagai Baladal Amin. Maka apakah out put dari qurban kita ?. Berkurban yu …..!.


Wallahu A’lam

Menguak Misteri 11 September

Ketika gedung kembar WTC di Amerika menjadi sasaran pesawat, serentak media-media Barat memberitakan hal itu dengan membandingkan kejadian Pearl Harbour. Serangan Jepang terhadap pangkalan militer Amerika di sana adalah alasan bagi Amerika untuk terjun langsung ikut dalam perang dunia ke dua. Dengan analisa yang tidak jauh berbeda, oleh media Barat, penyerangan kedua gedung itu adalah dimulainya peperangan Amerika melawan teroris. Di saat orang masih berpikir tentang bagaimana hal itu terjadi dan kesedihan anggota keluarga korban, media telah melangkah lebih jauh mereka-reka kapan Amerika akan memulai peperangan dengan teroris. Sebuah usaha yang perlu dipertanyakan tentang kelurusan niatnya. Apakah pemberitaan ini tidak dipersiapkan sejak sebelumnya?

Sayangnya untuk klaim yang sebesar itu pemerintah Amerika sendiri sampai saat ini belum membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kejadian 11 September sampai tuntas. Bandingkan dana yang dikeluarkan untuk menyelidiki kejadian itu yang hanya menghabiskan biaya 600.000 dolar sementara dana yang dikeluarkan untuk melakukan investigasi terhadap skandal Clinton sekitar 40.000.000 dolar. Sebuah dana yang sangat tidak sebanding untuk klaim besar bahwa kejadian 11 September adalah tiket masuk Amerika untuk melakukan penyerbuan mencari kaum muslimin di seluruh dunia dengan alasan teroris.

Ayah Bush sendiri ketika Irak menginvasi Kuwait untuk melakukan penyerangan ke Irak tidak mendapatkan suara mutlak melainkan hanya setengahnya saja sementara setengah lainnya menolak. Skenario pun disusun. Seorang suster diminta untuk mengutarakan apa yang terjadi di Kuwait. Dengan menangis tersedu-sedu seakan-akan mengingat apa yang terjadi, suster berumur 15 tahun ini menceritakan bagaimana kekejaman Saddam membom rumah sakit dan menjarah inkubator bersama anak-anak bayi. Masyarakat Amerika dengan air mata seorang suster berumur 15 tahun memberikan izin kepada pemerintahnya untuk menginvasi Irak. Ternyata diketahui bahwa suster wanita berumur 15 tahun itu adalah anak duta besar Kuwait untuk Amerika yang pada kejadian invasi Irak ke Kuwait tidak berada di sana.

Pangkalan udara Andrews

Pangkalan udara Andrews adalah sebuah pangkalan yang berjarak sekitar 20 kilo meter dari Washington yang dipersiapkan untuk berjaga-jaga bila ada hal-hal mencurigakan di atas udara ibu kota. Dengan melihat peta penerbangan pesawat-pesawat ‘teroris’, salah satunya yang menghantam Pentagon, take off nya dari Washington sendiri. Dan bila ia akan menuju Pentagon untuk melakukan tugasnya itu berarti ia akan melewati di atas gedung putih. Bagaimana mungkin menara pengawas tidak akan secepatnya memberitahukan ada yang tidak beres dengan pesawat boeing 757 yang diklaim menabrakkan dirinya ke Pentagon. Bahkan sampai dua jam setelah peristiwa itu tidak ada pesawat-pesawat tempur dari pangkalan udara Andrews yang mengudara untuk mengantisipasi kemungkinan penyerangan lain. Pangkalan udara yang khusus untuk menanggulangi kondisi darurat di sekitar Washington telah menyiapkan dua skuadron tempur dan penyergap yang siap setiap saat dan diperkuat dengan senjata lengkap.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kekuatan angkatan udara Amerika terlihat tidak melakukan reaksi mengatasi kondisi ini?

Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini.

Pertama, kelemahan sistem. Oleh para peneliti disebutkan kemungkinannya adalah satu per empat puluh juta. Michael C. Rupport salah seorang detektif yang paling pertama melakukan penyelidikan atas masalah ini dan ia mendapatkan data dari angkatan udara Amerika bahwa saat itu terjadi manuver bersama dengan Kanada yang skalanya termasuk besar. Di samping itu ada juga manuver-manuver lain di Barat dan Utara Alaska dan Timur Laut Amerika. Namun tetap saja manuver-manuver belum memberikan jawaban memuaskan bagaimana bisa pesawat yang menghantam Pentagon dengan leluasa terbang di atas gedung putih.

Kedua, unsur kesengajaan. Dan ini oleh mereka yang melakukan penyelidikan serius mengenai kejadian tersebut memberikan kepastian. Hanya unsur kesengajaan sajalah yang mampu menafsirkan fenomena ini.

Bangunan nomor tujuh

Pada peristiwa 11 September ada sebuah bangunan yang juga ikut hancur yang disebut dengan bangunan nomor tujuh. Sebuah bangunan bertingkat 47 dan tiang-tiang pancangnya terbuat dari besi. Bangunan nomor tujuh juga ikut rata dengan tanah dan ketika ditanyakan, pemerintah Amerika menjawab hal itu karena kebakaran yang terjadi di gedung kembar merambat ke gedung nomor tujuh. Tentunya, jawaban ini menimbulkan tanda tanya besar di kepala para arsitektur yang belum pernah melihat ada sebuah bangunan yang hancur luluh lantak hanya dikarenakan sebuah kebakaran. Seandainya terbakar setidak-tidaknya tiang pancangnya masih tetap berdiri.

Dengan melihat bukti foto-foto yang diambil pada peristiwa 11 September, dapat dilihat dengan jelas bahwa api terlihat di gedung nomor tujuh semenjak jam 8.30 pagi. Namun api yang terlihat hanya terjadi pada sebagian gedung dan itu pun kecil. Sampai pada jam 3 siang api belum juga dimatikan. Pertanyaan yang timbul dengan api yang tidak terlalu besar itu bagaimana bisa sistem pemadam kebakaran gedung tersebut tidak bekerja secara otomatis untuk memadamkan kebakaran. Bahkan ketika gedung secara keseluruhan runtuh sekitar jam 5.25 sore tidak ada tanda-tanda usaha untuk memadamkan api.

Para peneliti hanya dapat menyimpulkan bahwa kebakaran seperti itu tidak akan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang tiang pancangnya terbuat dari besi. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh ledakan bom yang diatur dengan sangat rapi berminggu-minggu sebelumnya. Hanya dengan demikian bangunan sebesar itu dapat rata dengan tanah.

Misteri pesawat penabrak WTC

Gedung kembar WTC hancur rata dengan tanah. Penyebabnya diakibatkan oleh tubrukan dua buah pesawat. Yang satu menabrak menara bagian Utara dan yang satunya menghancurkan bagian selatan. Masyarakat dunia hanya memahami bahwa tubrukan itulah penyebab hancurnya gedung kembar tersebut. Padahal bila diperhatikan dengan seksama akan terlihat ada keganjilan-keganjilan pada kedua pesawat tersebut.

Keadaan yang sama dengan kedua pesawat tersebut adalah sebelum menabrak gedung ada bunyi ledakan dari masing-masing pesawat. Klaim ini dapat dibuktikan dengan merunut secara teliti dan perlahan-lahan rekaman yang ada tentang peristiwa tersebut. Dan yang kedua dengan wawancara para wartawan dan siaran televisi yang menyebutkan bahwa sebelum terjadi tabrakan orang-orang dikejutkan dengan suara ledakan. Baik pembawa acara televisi maupun orang-orang yang diwawancarai sama mengucapkan kata ‘explosion’. Itu sebelum pemerintah dan media Amerika memberitakan riwayat resmi kejadian 11 September. Riwayat ini tidak pernah memasukkan kata explosion dalam beritanya.

Sebuah site dengan alamat http://www.letsroll911.org/ melakukan penyelidikan ulang saat sebelum pesawat mengenai gedung WTC. Gambar-gambar yang didapat lebih banyak merekam kejadian tabrakan kedua yang mengenai bagian selatan gedung WTC. Dalam gambar tersebut ada sesuatu yang aneh pada badan pesawat. Hal itu dikarenakan bagian bawah badan pesawat seperti ada tambahan tangki penyimpanan. Hal itu tidak seperti pesawat boeing lainnya yang perutnya datar tanpa ada tambahan. Tidak dapat dideteksi secara pasti apa itu namun jelas itu adalah tambahan pada badan pesawat yang tidak lazim pada pesawat boeing.

Lebih aneh lagi adalah ketika pesawat akan menyentuh dan menabrak bangunan selatan dari gedung kembar WTC terlihat semburat cahaya dari perut pesawat yang bila diperhatikan lebih seksama cahaya itu datang dari tambahan pada badan bagian bawah pesawat yang tidak lazim itu.

Warga Amerika tentu tidak akan percaya bahwa gedung kembar WTC dihancurkan oleh bom. Oleh karenanya, cahaya itu ditafsirkan sebagai pantulan cahaya ke badan pesawat. Pernyataan ini dapat dibenarkan bila gambar yang didapatkan hanya dari satu arah. Karena dari empat gambar yang diambil dari arah yang berlainan semua menunjukkan satu hal, adanya cahaya sebelum moncong pesawat menyentuh gedung.

Pada menara sebelah Utara tidak didapat gambar yang sedetil pada menara di Selatan. Namun ternyata ada perusahaan film Prancis yang pada saat itu, sedang membuat film dokumenter tentang pemadam kebakaran kota New York. Namun karena jarak yang terlalu jauh tidak dapat dipastikan apakah ada tangki tambahan seperti yang ada pada pesawat yang menabrak menara Selatan atau tidak. Namun yang menarik, dengan mencoba memutar ulang kembali film tersebut ditemukan sesuatu yang aneh. Terdengar suara ledakan yang cukup keras sehingga masyarakat sangat kaget waktu itu dan itu dapat ditangkap dengan munculnya ungkapan ‘explosion’ pada hampir semua orang yang diwawancarai dan para presenter. Lebih menarik lagi, ternyata dengan melambatkan film terlihat bahwa sebelum menyentuh bangunan memang terjadi semburat cahaya dari pesawat dan terdengar ledakan. Hal itu dapat dijelaskan dengan melihat bahwa bayangan pesawat masih sempurna ketika terjadi ledakan. Bahkan moncong pesawat belum bertemu dengan bayangannya. Setelah itu baru pesawat menabrak bangunan. Lebih jelas lagi ketika diputar balik. Bagaimana pesawat setelah keluar dari bangunan kemudian terjadi ledakan.

Jeff King seorang Insinyur dan peneliti memberikan data-data baru bagaimana serpihan-serpihan yang berhamburan ke luar dari bangunan hanya dapat dilakukan dengan ledakan bom dan bukan dengan tubrukan sebuah pesawat. Ia melakukan wawancara dengan penduduk setempat mengenai kegiatan-kegiatan ganjil. Mereka berkata dua Minggu sebelum terjadinya peristiwa 11 September ada kesibukan dari orang-orang yang sepertinya mengerjakan proyek listrik di sana.

Bukti lain menurut Jeff King yang patut dianalisa lebih lanjut adalah mengapa bongkahan-bongkahan bangunan langsung dibersihkan oleh pemerintah sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut. Yang disisakan hanya sekitar 200 potongan yang ditengarai dibiarkan untuk diteliti oleh penyelidik.

Boeing 757, Pentagon dan Konspirasi

Ada satu pertanyaan penting yang sampai saat ini belum dapat dijawab oleh gedung putih. Bagaimana pesawat boeing 757 menghantam Pentagon?

David Von Kleist seorang wartawan melakukan konstruksi ulang dengan kembali melihat rekaman peristiwa yang kerusakan dialami sebagian dari bangunan Pentagon yang diklaim akibat serangan Usamah bin Laden. Hal pertama yang perlu dijelaskan adalah ukuran dari pesawat boeing 757 dan kerusakan yang diakibatkannya. Pesawat boeing 757 memiliki lebar sayap 42 meter dan panjang badan pesawat 52 meter dan tinggi 13 meter. Sementara Tinggi bangunan Pentagon yang diklaim rusak akibat tubrukan pesawat adalah 73 kaki dan lebar kerusakan yang diakibatkannya adalah 65 kaki. Pertanyaannya menjadi jelas bagaimana pesawat dengan ukuran di atas membuat kerusakan setengah dari besar dirinya. Mestinya, kerusakan yang diakibatkan lebih besar dari itu.

Kerusakan Pentagon yang diklaim oleh pesawat akan terasa menggelikan dengan melihat perbandingan di atas. Apa lagi bila ditambahkan bukti-bukti lain bahwa banyak barang-barang dalam bangunan yang tidak tersentuh oleh apapun padahal sekurang-kurangnya pesawat itu membawa sekitar 15 ribu liter bahan bakar yang mudah terbakar.

Gambar-gambar di bawah ini lebih jelas dalam menjelaskan bagaimana klaim Pentagon adalah sebuah kebohongan terhadap negerinya sendiri bahkan dunia yang pada gilirannya membuat ratusan bahkan ribuan warga tidak berdosa di Afghanistan dan Irak yang harus menanggung kebohongan ini. Sebuah kebohongan besar di awal abad 21, abad millenium.

Perhatikan dengan baik-baik bagaimana komputer yang ada masih menyala ketika diambil gambarnya (gb. 1). Meja kayu pun tidak terbakar (gb. 2) bahkan sebuah buku yang terletak di atas bangku kayu tidak menjadi debu disambar api (gb. 3).

Kebohongan-kebohongan itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak ada satu kamera pun yang menangkap bangkai pesawat. Bahkan yang lebih menarik lagi dengan kamera yang berderet-deret di setiap jengkal bangunan Pentagon tidak ada satu pun yang merekam adanya pesawat yang menabrak bangunan. Malah yang berhasil mengambil gambar hanyalah sebuah kamera yang dipasang di sebuah pompa bensin dekat gedung Pentagon. Ada berapa kali terlihat bagaikan ledakan yang memunculkan lidah-lidah api ke angkasa namun tidak terdeteksi sedikit pun gambar pesawat. Mengetahui bahwa kamera pompa bensin itu merekam kejadian tersebut, lalu oleh polisi federal kemudian kamera tersebut disita. Yang lebih menggelikan lagi ternyata tanggal perekaman tersebut tidak tertulis 11 September namun 12 September. Padahal oleh Pentagon diklaim bahwa pesawat ‘teroris’ bin Laden menghantam gedung pada pukul 9.31 pagi sementara pegawai di sana menyebut jam 9.38..

Rekayasa Pentagon terus bergulir namun kenyataan dan kebenaran tidak pernah mati. Misteri bangkai pesawat terus mengusik mereka yang kritis melihat dan menilai masalah. Penelitian terus dilanjutkan melihat sejauh mana kebenaran peristiwa 11 September.

Masih dari kejadian Pentagon, ternyata jatuhnya pesawat ke bagian dari bangunan Pentagon memang hanya isapan jempol belaka. Gambar-gambar yang diambil tentang runtuhnya atap bagian yang rusak ternyata tidak sekaligus namun perlahan-lahan. Tidak sebagaimana kejadian yang diceritakan oleh pemerintah Amerika. Sebelum atap bangunan runtuh terlihat bagaimana di depan bangunan ada gulungan-gulungan besar kabel. Sepertinya sebelumnya lagi ada perbaikan telkom di sana. Kerusakan seperti ada tumbukan hanya sebagian kecil bangunan (seperti dilingkari dalam gambar). Para petugas pemadam kebakaran sedang sibuk untuk memadamkan api dan setelah beberapa waktu kemudian atap bangunan runtuh. Runtuhnya atap juga menarik untuk diperhatikan. Karena tidak seperti runtuh diakibatkan karena ledakan pesawat atau apapun.

Yang menariknya lagi, di sana hadir mobil pemadam kebakaran bernomor 331. Pemadam kebakaran ini milik bandara udara Washington. Ketika ada rencana dari sebuah stasiun radio untuk mewawancarai komandan dan dua orang saksi yang pada waktu itu bertugas memadamkan api di gedung Pentagon, tiba-tiba saja mereka mengatakan bahwa tidak bisa melakukan wawancara selama-lamanya bahkan kemudian kedua petugas itu di cutikan untuk waktu yang tidak ditentukan. Wawancara gagal.

Ada gambar-gambar yang memberikan penjelasan lebih jelas, proyek apa yang sedang mereka lakukan. Bagaimana sebenarnya atap bangunan bisa runtuh bila memang tidak ada pesawat? Di sana ada sebuah lobang yang memang telah disiapkan untuk kemudian diledakkan. Dan dari ledakan itu kemudian dibuat sedemikian rupa bahwa ada pesawat yang menabrak bangunan tersebut. Ketika ditanyakan mana bangkai pesawatnya banyak penafsiran untuk hal itu. Persatuan Arsitektur Amerika yang merenovasi bangunan itu mengatakan bahwa, ketika pesawat tersebut masuk dan terus masuk kedalam dan menabrak bangunan, pesawat itu hancur berkeping-keping karena adanya tiang-tiang beton di sana. Sayangnya itu tidak sesuai dengan bekas di luar bangunan yang tidak sebanding dengan ukuran pesawat dan kerusakan yang diakibatkannya.

Tidak ada bangkai pesawat mungkin itu bisa menjadi pertanyaan menarik kepada siapa saja yang sempat singgah dan melihat kejadian tersebut. Namun siapa yang mau tahu tentang itu?

Foto ini mungkin bisa menghilangkan sedikit kegalauan hati kita, karena mungkin pada waktu itu ada juga orang yang mempertanyakan hal yang sama kita pikirkan:

Sumber:

  1. www.letsroll911.org.

  2. www.thepowerhour.com.


Penyembah Setan


Perhatikan gambar di atas. Sebelah kanan adalah patung George Wahington di musium nasional New York, gambar kiri adalah simbol setan kuno Baphomet yang diyakini banyak disembah oleh kaum Mason (FreeMasonry). Keduanya memiliki pose yang sama.

Sejak beberapa generasi terdahulu rakyat Amerika tidak menyadari mengapa Washington harus berpose seperti itu. Tetapi kemudian, kebenaran mulai terkuak, banyak dari rakyat Amerika kritis dan mulai mempertanyakannya.